Mohon tunggu...
Putri Nur Fadillah
Putri Nur Fadillah Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Pelajar

You've been working hard today. Take the rest of the night off and work hard again tomorrow

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Tana Halmahera

25 Februari 2022   19:49 Diperbarui: 25 Februari 2022   19:58 1194
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cr: Dilys Pinterest

      

"Mah, pah kalian mau kemana? Tanya Tana begitu melihat mamah papahnya sudah berpakaian rapih dengan koper disamping mereka.
   

"Ada masalah di kantor cabang yang ada di Singapur, jadi kami harus pergi kesana. Ya sudah kami pamit pergi dulu, kamu baik-baik di rumah nurut apa kata abangmu, jangan bandel." Jawab ibunya
"iya mah." Setelah pamitan singkat itu mereka pergi meninggalkan anak-anaknya di rumah sendiri.
"Bang, aku pingin deh. Satu hari aja, cuman satu hari, aku pingin kita pergi jalan-jalan atau kalau ga jalan-jalan di rumah juga gapapa. Asal kita bisa kumpul bareng kayak keluarga-keluarga yang lainnya." Ujar Tana pada abangnya yang sejak tadi memperhatikan interaksi adik dan orang tuanya. Jika boleh jujur dia juga sudah muak dengan keadaan yang sekarang. Orang tuanya yang lebih mementingkan pekerjaan mereka dibandingkan dengan keluarganya.
"Suuut, sekarang kamu mandi dulu udah gitu, kita pergi buat jajan ajak bang Rakai juga."
"Oke, bang. BANG RAKAIII SIAP-SIAP KITA MAU JAJAN." Teriak Tana, secepat itu perubahan mood Tana hanya dengan jajan.

Diperjalanan menuju tempat tujuan mereka, Tana yang duduk dibekang tak henti-hentinya mengucek matanya yang terasa gatal dan perih, Rakai yang melihat itu menengok ke belakang. "Matanya jangan di kucek tar merah mata kamu."
"Gatel bang."
"Mana coba abang liat matanya." Menangkup wajah adiknya dan melihat kondisi mata sang adik yang memerah dan sedikit bengkak.
"Rel kita ke rumah sakit dulu." Ucap Rakai begitu ia selesai mengecek mata sang adik. Ia takut, takut apa yang ada di pikirannya saat ini, begitu melihat kondisi mata adiknya.
"Ngapain?" Tanya Karel dengan wajah bingungnya
"Dah ke rumah sakit aja sekarang." Dengan nada yang sedikit penekanan. Karel yang melihat ke khawatiran pada kembarannya segera menancap gas kearah rumah sakit.

Sesampainya di rumah sakit, mereka mendatangi meja pendaftaran dan mendaftarkan adiknya untuk di periksa. "Bang kenapa kita kesini? Bukannya tadi mau jajan? Terus kenapa mataku harus diperiksa, ini paling cuman sakit mata biasa, pake obat tetes mata aja udah sembuh." Ujar Tana
"Dah diem kamu dek, nurut aja apa kata abang." Saut Rakai

Tak lama dari itu nama Tana dipanggil untuk diperiksa. Setelah mengikuti beberapa rangakain pemeriksaan, mereka pulang dan mereka harus kembali lagi minggu depan untuk mengetahaui hasil dari pemeriksaan hari ini.
                                       ***
Pagi ini cuaca terliahat mendung, seperti pagi-pagi sebelumnya, kediaman Tana selalu penuh dengan teriakan sang adik bungsu. Tapi hari ini ada yang sedikit berbeda dengan Tana, ia sedikit murung walau tidak terlalu terlihat bagi orang yang tidak terlalu mengenal Tana. Tapi abangnya tahu bahwa adik mereka merindukan kedua orang tuanya. Setelah 6 hari berlalu setelah keberangkatan kedua orang tuanya, selam 2 hari ini mereka tidak mendapatkan kabar dari kedua orangtua mereka lagi. Mungkin karena sibuk bekerja dan tidak sempat melihat ponsel mereka.

"Dek ayo dimakan sarapannya, jangan ngeliat hp terus." Ujar Rakai ketika ia melihat adiknya menatap ponselnya dengan tatapan yang berharap bahwa ada kabar dari kedua orangtua mereka.
"Bang kok mamah sama papah ga ngebales pesan aku ya? Sesibuk itukah mereka sampe ga sempet buat ngabarin doang. Padahal ga sampe lima menit buat ngebales doang." Menatap abang-abangnya yang sedari tadi menatapnya.

"Mamah sama papah lagi sibuk dek, mungkin nanti di sekolah pesanmu bakal di bales sama mereka." Jawab Rakai sambil mengusap bahu adiknya. "Udah dong adeknya abang jangan sedih, senyum doong, senyum, kayak gini nih." Rakai mencontohkan senyum pada Tana, Tana yang melihat itu ikut tersenyum. Ia pun melihat pada Karel yang sejak tadi memperhatikan interaksi mereka.
  Setelah selesai sarapan ketiga saudara itu berangkat sekolah dengan motor mereka, tetapi sebelum itu terjadi perdebatan alot di garasi. "Pake jaketnya Na, mendung." Kata Karel. "Ga mau bang panas tau."
"Panas darimana dingin gini, ngaco kamu."

Karena terlanjur kesal dengan adiknya Karel dengan gerakan yang aga sedikit kasar memasangkan jaketnya pada tubuh adiknya. Namun, gerakannya terhenti begitu ia merasakan hawa panas di sekitar tubuh Tana. Lalu dengan cepat ia memeriksa dahi Tana untuk mengecek suhu tubuh adiknya. Saat ia merasakan panas didahi adiknya, ia lalu menatap kembarannya.
"Kamu ga usah sekolah dulu, istirahat aja di rumah." Ucap Karel
"Ga mau ah bang, sekarang ada ulangan. Aku ga mau ikut susulan."
"Iya udah tar kalau kamu ngerasa pusing chat abang."
"Iya bang."

Lalu mereka berangkat sekolah. Di kelas Tana sesekarang sedang melaksnakan ulangan, Tana yang merasa kepalanya berat cepet-cepat menyelsaikan ulangannya. Namun, tak lama dari itu ada cairan berwarna merah keluar dari hidungnya. Melihat itu ia segera mengangkat tangan untuk meminta izin pada guru yang sedang mengajar dikelasnya, setelah ia mendapatkan izin ia segera berlalari menuju kamar mandi.
  

Namun, dipertengahan jalan ia merasakan badannya lemas, bahakan ia merasakan kakinya seperti jelly sehingga ia tidak bisa menompang tubuhnya, pada saat yang bersamaan ia melihat abangnya berlari menghampiri dirinya yang hampir tumbang. Sebelum Tana benar-benar pingsan ia lebih dulu ditangkap oleh abangnya.
   

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun