Secara kebahasaan, sastra Islam juga bukan hanya sastra Arab saja, karena Islam melewati batas-batas kebahasaan dan bukan saja sastra Timur seperti Arab, Persia, Turki, Urdu, Indonesia atau Melayu, melainkan juga sastra Barat, karena dalam sastra Barat terdapat sastra Islam seperti dalam sebagian karya Goethe yang percaya pada keesaan Tuhan, keagungan Al-Quran, dan kenabian Nabi Muhammad.
Padahal, yang ditolak dari Barat adalah sisi-sisi seperti atheisme dan materialisme sebagai bentuk paganisme baru yang bertentangan dengan asas Islam. Misalnya, dalam konteks realisme Barat, yang ditolak pengusung sastra Islam adalah berhentinya realisme Barat pada realitas yang disampaikan apa adanya, dengan tidak melakukan pemihakan sama sekali. Dilihat dari perspektif genre, sastra Islam bukan sebuah genre tersendiri, karena para sastrawan Islam menulis dalam berbagai genre. Dari model puisi qashidah tradisional, ruba'i, gabungan keduanya (muwasysyahat), novel, cerpen, dan drama (teks film).
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H