Mohon tunggu...
Putri Ninda Novianti
Putri Ninda Novianti Mohon Tunggu... Sekretaris - create your own happiness🕊️

Semesta menginspirasi, manusia berimajinasi.

Selanjutnya

Tutup

Book

Reviu Buku Filosofi Teras

30 Maret 2023   21:12 Diperbarui: 30 Maret 2023   21:18 950
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Book. Sumber ilustrasi: Freepik

Manampiring, H. (2019). Filosofi Teras: Filsafat Yunani-Romawi Kuno untuk Mental Tangguh Masa Kini. Jakarta: Penerbit Buku Kompas.

Buku ini berjudul Filosofi Teras: Filsafat Yunani-Romawi Kuno untuk Mental Tangguh Masa Kini yang ditulis oleh Henry Manampiring atau yang akrab disapa sebagai Om Piring, seorang penulis, pegiat media sosial, dan praktisi periklanan, dengan kekhususan strategi merek dan komunikasi. Dalam kehidupan Generasi Milenial dan Gen-Z masa kini, kita sering merasa khawatir akan sesuatu yang belum terjadi, mudah baper, marah, tersinggung, dan lainnya. Hal ini dapat dilihat dari alasan keberadaan buku ini, Henry Manampiring dikenal sebagai pribadi yang penuh negative thinking dan selalu cemas akan sesuatu. 

Ketika menghadapi situasi tertentu, ia selalu memiliki pikiran buruk, kekhawatiran, dan perasaan tidak semangat menjalani hidup terasa semakin menekan. Hingga akhirnya ia memutuskan untuk mengunjungi psikiater dan didiagnosis menderita Major Depressive Disoder. 

Selama masa penyembuhan, ia menemukan buku How to Be a Stoic karya Massimo Pigliucci mengenai cara menerapkan filsafat Stoa atau Stoisisme dalam kehidupan. Setelah membaca buku tersebut, pikirannya terbuka lebar dan dia menemukan sebuah terapi tanpa obat yang bisa diterapkan seumur hidup. Stoisisme sangat membantunya menjadi pribadi yang lebih tenang, damai, tidak mudah stress dan marah-marah, serta dapat mengendalikan emosi negatif.

Dalam bab pengenalan, Henry Manampiring menjelaskan bahwa buku Filosofi Teras ini ditulis untuk Generasi Milenial dan Gen-Z masa kini yang bertujuan guna membantu memperoleh hidup yang bebas dari emosi negatif seperti sedih, marah, cemburu, curiga, baper, dan lainnya, mendapatkan hidup yang tenteram dengan memfokuskan diri pada hal-hal yang bisa kita kendalikan, serta hidup dengan kebajikan atau bagaimana kita hidup sebaik-baiknya seperti seharusnya kita menjadi manusia. 

Buku karangannya ini tidak menjanjikan untuk menghilangkan rahasia kesulitan dan tantangan dalam hidup, tetapi memberikan cara untuk menumbuhkan sikap mental yang lebih tangguh agar tetap tenang menghadapi tantangan hidup.

Buku yang terdiri dari dua belas bab, diawali dengan bab 1 yang membahas penelitian sederhana mengenai survei khawatir nasional yang mencakup kehidupan secara umum dan beberapa aspek hidup seperti kekhawatiran sebagai orang tua, sekolah atau studi, relationship, pekerjaan atau bisnis, kondisi keuangan pribadi, hingga kondisi sosial politik di Indonesia bagi generasi milenial, yaitu mereka yang lahir antara tahun 1980-2000.

Berdasarkan survei khawatir nasional, lebih banyak orang merasa khawatir di dalam hidup ini. Aspek hidup yang berbeda mempunyai tingkat kekhawatiran yang berbeda pula. Relationship ternyata tidak menjadi sumber yang paling mengkhawatirkan, tetapi peran menjadi orang tua dan keuangan menjadi masalah yang mengkhawatirkan. Di luar kehidupan pribadi, kondisi sosial politik di Indonesia juga sangat mengkhawatirkan.

Bab 2 menyajikan ulasan mengenai sebuah filosofi yang realistis, Stoisisme merupakan aliran filsafat Yunani-Romawi kuno yang berumur lebih dari 2.000 tahun, tetapi  sangat relevan dengan kehidupan saat ini. Stoisisme ditulis untuk menghadapi masa-masa sulit, dan merupakan filsafat kepemimpinan. 

Stoisisme mengajarkan kita untuk mengendalikan diri sendiri terlebih dahulu sebelum mengendalikan kehidupan dan orang-orang di luar kita. Stoisisme memuat banyak ajaran dan nilai-nilai umum yang diturunkan dari filosofi lain seperti nilai budaya dan agama. Sebagai sebuah filsafat, Stoisisme bukan kepercayaan atau agama dengan aturan mutlak yang tidak boleh dilanggar, tetapi dapat diperdebatkan atau disesuaikan dengan kebutuhan masing-masing.

Bab 3 menyajikan pembahasan mengenai hidup selaras dengan alam, artinya kita menggunakan nalar, rasio, dan akal sehat, karena itulah yang membedakan manusia dengan binatang. Ketika kita tidak menggunakan nalar, selain menjadi seperti binatang, kita juga cenderung merasa tidak bahagia, karena kita tidak lagi hidup selaras dengan alam. Stoisisme memandang bahwa segala sesuatu di alam semesta ini saling berhubungan, termasuk semua peristiwa yang terjadi di dalam hidup kita.

 Bab 4 berisi penjelasan mengenai dikotomi kendali, bahwa di dalam hidup ada hal-hal yang di bawah kendali kita dan ada yang tidak. Hal-hal yang tidak di bawah kendali kita seperti kekayaan, kesehatan, reputasi, dan opini orang lain. Sedangkan, hal-hal yang di bawah kendali kita seperti pikiran, persepsi, dan tindakan kita sendiri. Stoisisme mengajarkan bahwa kebahagiaan sejati hanya bisa datang dari hal-hal yang di bawah kendali kita. Kebahagiaan tidak perlu bergantung pada hal-hal eksternal, karena hal tersebut sewaktu-waktu bisa hilang dari hidup kita.

Bab 5 menyajikan pembahasan mengenai mengendalikan interpretasi dan persepsi, manusia sering kali disusahkan bukan dari hal-hal atau suatu peristiwa, tetapi dari dalam pikiran, interpretasi, dan penilaian kita akan hal-hal atau peristiwa tersebut. Ajaran Filosofi Teras tidak memisahkan antara emosi dan nalar, emosi negatif diibaratkan sebagai akibat dari nalar atau rasio yang sesat. Emosi negatif bukan sesuatu yang harus diperangi, melainkan dapat diselidiki dan dikendalikan dari sumbernya. 

Ketika kita mengalami suatu peristiwa, sering kali banyak interpretasi atau penilaian otomatis yang muncul, dan jika tidak rasional maka interpretasi otomatis ini menyebabkan emosi negatif. Oleh karena itu, kita dapat mengendalikan kecemasan, kekhawatiran, dan emosi negatif lainnya dengan menginterpretasi sebuah peristiwa secara rasional. Langkah-langkah yang bisa dilakukan  dengan singkatan S-T-A-R (Stop-Think & Assess-Respond) dapat diimplementasikan ketika kita mulai merasakan emosi negatif.

Bab 6 menyajikan pembahasan mengenai memperkuat mental, kekhawatiran dan kecemasan kita tidak lebih dari pikiran kita sendiri. Premeditatio malorum merupakan teknik memperkuat mental dengan membayangkan semua kejadian buruk yang mungkin terjadi dalam hidup kita. Premeditatio malorum dapat membantu kita memprediksi jika terjadi peristiwa buruk, sehingga kita tidak terlalu terkejut jika peristiwa buruk tersebut benar-benar terjadi. Salah satu tips dari Filosofi Teras untuk memiliki mental yang lebih kuat yaitu tidak membesar-besarkan masalah dan segera fokus pada apa yang bisa dilakukan. 

Filosofi Teras juga mengajarkan bahwa ketika kita mengalami musibah besar atau kecil, bayangkan apa yang akan kita lakukan jika ini menimpa orang lain. Stoisisme mengajarkan tidak hanya sekadar ikhlas menerima kondisi saat ini, tetapi justru sampai mencintai apa yang telah terjadi dan sedang terjadi saat ini.

Bab 7 menyajikan pembahasan mengenai hidup di antara orang menyebalkan. Dalam kehidupan sosial, kita pasti berhadapan dengan perilaku manusia lain yang menyebalkan. Filosofi Teras mengajarkan untuk selalu siap bahwa kita akan mendapat perlakuan buruk suatu saat dalam hidup kita. Saat kita diperlakukan buruk oleh orang lain, kita tidak bisa mengendalikan perilaku orang lain, tetapi kita sepenuhnya bisa menentukan apakah kita akan terganggu atau tidak oleh perilaku orang lain. Jika kita merasa terganggu oleh ulah dan perkataan orang lain, maka itu sepenuhnya salah kita sendiri. 

Di balik perilaku menyebalkan orang lain, kemungkinan besar tidak ada niat atau motivasi jahat, tetapi akibat ketidaktahuannya. Orang yang melakukan perbuatan menyebalkan karena ketidaktahuan, justru seharusnya dikasihani dan diajari, bukan dimarahi. Filosofi Teras menyadarkan kita untuk selalu menjaga kehidupan sosial, dengan menjaga kerukunan dan silaturahmi.

Bab 8 menyajikan pembahasan mengenai menghadapi kesusahan dan musibah. Salah satu aplikasi Stoisisme adalah bagaimana kita harus bersikap dan bertindak di dalam kesusahan, musibah, dan bencana. Musibah dan kesusahan merupakan opini atau value judgment yang ditambahkan oleh kita sendiri. Musibah, kesusahan, dan bencana sering kali berada di luar kendali kita, tindakan kita sepenuhnya ada di tangan kita sendiri. Filsuf Stoa melihat semua kesusahan sebagai kesempatan melatih kebijakan atau virtue kita.

Ketika kita tertimpa kesusahan, kita bisa memikirkan virtue yang bisa dilatih oleh keadaan ini. Selain itu, hindari pola pikir 3P yang merusak yaitu Personal, Pervasive, dan Permanence. Filosofi Teras mengajarkan kita untuk menginterpretasi peristiwa negatif sebagai ujian, kesempatan untuk menjadi lebih baik.

 Bab 9 menyajikan pembahasan mengenai menjadi orang tua, prinsip hidup selaras dengan alam dapat diterapkan oleh orang tua kepada anak agar bisa membantu anak melakukan pilihan berdasarkan pertimbangannya sendiri, tentunya dalam kapasitas yang sesuai dengan tahap perkembangannya. Selain itu, anak juga bisa diajarkan dikotomi kendali dalam menghadapi peristiwa hidup dengan teladan dari orang tua. Dalam Filosofi Teras, anak laki-laki dan perempuan mempunyai rasio atau nalar yang sama. 

Oleh karena itu, pendidikan laki-laki dan perempuan harus sama. Implementasi lain dari Filosofi Teras dalam parenting adalah menyadari pentingnya anak tumbuh dengan pengalaman sosialisasi yang sesuai, karena manusia adalah makhluk sosial. Hidup selaras dengan alam juga berarti anak harus dibiasakan hidup bersosialisasi.

Bab 10 menyajikan pembahasan mengenai citizen of the world, kita semua adalah ''kosmopolitan'' yaitu warga dunia. Kita semua berasal dari sumber yang sama, sehingga tidak ada alasan untuk membeda-bedakan, menyakiti, bahkan mendiskriminasi suku, agama, ras, kebangsaan untuk bisa bersikap manusiawi. Filosofi Teras mengajarkan kita untuk menyayangi seluruh umat manusia serta hidup dengan bijak. Bab 11 menyajikan pembahasan mengenai kematian. 

Bagi Stoisisme, kematian bukan sesuatu yang menakutkan, karena ia adalah bagian dari alam. Segala ketakutan manusia akan kematian bukan karena kematian itu sendiri, melainkan atas anggapan dan gambaran mengenai kematian yang dibentuk oleh interpretasi atau value judgment kita sendiri. Dengan demikian, hidup yang selaras dengan alam, menggunakan nalar, dan menjalankan kebajikan akan membawa hidup yang baik, bahkan yang singkat sekalipun.

Bab 12 mengenai penutup. Filosofi Teras lebih menekankan pada melindungi diri dari penderitaan, khususnya di alam pikiran kita. Namun, karena hal itu juga Filosofi Teras lebih mendekatkan diri kita kepada kebahagiaan sejati. Stoisisme membantu kita membebaskan hambatan-hambatan yang ada di pikiran kita, sehingga kita lebih bebas mengikuti makna dan tujuan hidup yang kita tentukan sendiri. Selain itu, Filsafat Stoa juga mengajarkan untuk mencermati empat jenis emosi negatif yang menjauhkan kita dari kebahagiaan yaitu iri hati, takut, rasa sesal atau pahit, serta kesenangan atau kenikmatan. 

Dengan memahami dikotomi kendali, kita belajar ikhlas dan tidak meresahkan hal-hal yang tidak bisa kita kendalikan, serta memfokuskan energi pada hal-hal yang bisa kita kendalikan. Kita belajar mengendalikan interpretasi atas semua kejadian di dalam hidup kita, sehingga kita tidak menjadi tanggap terhadap situasi. 

Kita juga diajarkan untuk selalu hidup selaras dengan alam, dengan cara menggunakan nalar dan kebijaksanaan kita di semua situasi. Kita berhadapan dengan manusia lain harus menyadari bahwa manusia tidak ada yang sempurna, sama seperti kita sendiri tidak sempurna dan tidak berhak menuntut diperlakukan istimewa. Kematian bukan sesuatu yang menakutkan bagi kita, tetapi memotivasi kita untuk memanfaatkan hidup sebaik-baiknya.

Buku Filosofi Teras karya Henry Manampiring sangat menyenangkan untuk dibaca, karena gaya bahasa yang ringan dan jenaka memudahkan pembaca menerima ajaran Stoisisme. Meskipun buku ini mengajarkan suatu ajaran filsafat, namun gaya bahasa yang digunakan oleh penulis sangat menarik dan mudah dimengerti. Jauh dari kesan filsafat sebagai topik berat dan mengawang-awang, Filosofi Teras justru bersifat praktis dan relevan dengan kehidupan Generasi Milenial dan Gen-Z masa kini. 

Penulis juga menggunakan beberapa lelucon yang relevan dengan topik yang dibahas, sehingga membuat pembaca terhibur dan menikmati ketika membaca buku ini. Buku ini disertai ilustrasi oleh Levina Lesmana, sehingga terlihat sangat menarik, terkesan tidak kaku meskipun topik yang dibahas adalah filsafat. Buku ini juga dilengkapi dengan inti sari di setiap akhir babnya, yang dapat membantu pembaca untuk mengingat dan memahami poin-poin yang disampaikan di setiap bab. 

Selain itu, buku ini juga berisikan wawancara dengan pakar dan praktisi dari berbagai bidang yang relevan, seperti seorang psikiater, psikolog pendidikan, psikolog klinis, pengusaha dan penulis, serta aktivis dan editor yang membagikan pemahaman akan Stoisisme dan pengalaman mempraktikkannya di kehidupan sehari-hari, baik yang dialami oleh generasi milenial hingga mereka yang berumur 50-an tahun.

Dibalik menariknya buku Filosofi Teras karya Henry Manampiring ini ada  beberapa kekurangan yang saya temukan, seperti layoutnya yang rata kiri, ukuran font yang kecil dan rapat, serta beberapa peletakan quote yang berada di tengah kalimat terlihat kurang rapi serta menambah kesan jenuh dan kurang nyaman ketika membacanya.

Buku Filosofi Teras adalah buku filsafat yang saya rekomendasikan kepada pembaca, khususnya Generasi Milenial dan Gen-Z masa kini. Buku ini dapat membantu kita mengatasi emosi negatif dan menghasilkan mental yang tangguh dalam menghadapi naik turunnya kehidupan, sehingga sangat relevan dengan kehidupan Generasi Milenial dan Gen-Z masa kini. 

Buku ini dapat memberikan banyak kontribusi supaya kita waras menyikapi hoax dan fake news, serta jangan mudah baper, lebay, dan terprovokasi oleh persepsi ciptaan media sosial. Buku Filosofi Teras karya Henry Manampiring hadir untuk memberikan kita jalan menuju ketenangan jiwa, sehingga membantu para pembaca yang mungkin sedang dilanda kecemasan dan kekhawatiran. Buku Filosofi Teras cocok untuk mereka yang sering atau sedang merasa khawatir akan hidup, serta resah dan kecewa dalam kehidupan sehari-hari.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Book Selengkapnya
Lihat Book Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun