Mohon tunggu...
Putri Ninda Novianti
Putri Ninda Novianti Mohon Tunggu... Sekretaris - create your own happiness🕊️

Semesta menginspirasi, manusia berimajinasi.

Selanjutnya

Tutup

Book

Reviu Buku Filosofi Teras

30 Maret 2023   21:12 Diperbarui: 30 Maret 2023   21:18 950
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Book. Sumber ilustrasi: Freepik

 Bab 4 berisi penjelasan mengenai dikotomi kendali, bahwa di dalam hidup ada hal-hal yang di bawah kendali kita dan ada yang tidak. Hal-hal yang tidak di bawah kendali kita seperti kekayaan, kesehatan, reputasi, dan opini orang lain. Sedangkan, hal-hal yang di bawah kendali kita seperti pikiran, persepsi, dan tindakan kita sendiri. Stoisisme mengajarkan bahwa kebahagiaan sejati hanya bisa datang dari hal-hal yang di bawah kendali kita. Kebahagiaan tidak perlu bergantung pada hal-hal eksternal, karena hal tersebut sewaktu-waktu bisa hilang dari hidup kita.

Bab 5 menyajikan pembahasan mengenai mengendalikan interpretasi dan persepsi, manusia sering kali disusahkan bukan dari hal-hal atau suatu peristiwa, tetapi dari dalam pikiran, interpretasi, dan penilaian kita akan hal-hal atau peristiwa tersebut. Ajaran Filosofi Teras tidak memisahkan antara emosi dan nalar, emosi negatif diibaratkan sebagai akibat dari nalar atau rasio yang sesat. Emosi negatif bukan sesuatu yang harus diperangi, melainkan dapat diselidiki dan dikendalikan dari sumbernya. 

Ketika kita mengalami suatu peristiwa, sering kali banyak interpretasi atau penilaian otomatis yang muncul, dan jika tidak rasional maka interpretasi otomatis ini menyebabkan emosi negatif. Oleh karena itu, kita dapat mengendalikan kecemasan, kekhawatiran, dan emosi negatif lainnya dengan menginterpretasi sebuah peristiwa secara rasional. Langkah-langkah yang bisa dilakukan  dengan singkatan S-T-A-R (Stop-Think & Assess-Respond) dapat diimplementasikan ketika kita mulai merasakan emosi negatif.

Bab 6 menyajikan pembahasan mengenai memperkuat mental, kekhawatiran dan kecemasan kita tidak lebih dari pikiran kita sendiri. Premeditatio malorum merupakan teknik memperkuat mental dengan membayangkan semua kejadian buruk yang mungkin terjadi dalam hidup kita. Premeditatio malorum dapat membantu kita memprediksi jika terjadi peristiwa buruk, sehingga kita tidak terlalu terkejut jika peristiwa buruk tersebut benar-benar terjadi. Salah satu tips dari Filosofi Teras untuk memiliki mental yang lebih kuat yaitu tidak membesar-besarkan masalah dan segera fokus pada apa yang bisa dilakukan. 

Filosofi Teras juga mengajarkan bahwa ketika kita mengalami musibah besar atau kecil, bayangkan apa yang akan kita lakukan jika ini menimpa orang lain. Stoisisme mengajarkan tidak hanya sekadar ikhlas menerima kondisi saat ini, tetapi justru sampai mencintai apa yang telah terjadi dan sedang terjadi saat ini.

Bab 7 menyajikan pembahasan mengenai hidup di antara orang menyebalkan. Dalam kehidupan sosial, kita pasti berhadapan dengan perilaku manusia lain yang menyebalkan. Filosofi Teras mengajarkan untuk selalu siap bahwa kita akan mendapat perlakuan buruk suatu saat dalam hidup kita. Saat kita diperlakukan buruk oleh orang lain, kita tidak bisa mengendalikan perilaku orang lain, tetapi kita sepenuhnya bisa menentukan apakah kita akan terganggu atau tidak oleh perilaku orang lain. Jika kita merasa terganggu oleh ulah dan perkataan orang lain, maka itu sepenuhnya salah kita sendiri. 

Di balik perilaku menyebalkan orang lain, kemungkinan besar tidak ada niat atau motivasi jahat, tetapi akibat ketidaktahuannya. Orang yang melakukan perbuatan menyebalkan karena ketidaktahuan, justru seharusnya dikasihani dan diajari, bukan dimarahi. Filosofi Teras menyadarkan kita untuk selalu menjaga kehidupan sosial, dengan menjaga kerukunan dan silaturahmi.

Bab 8 menyajikan pembahasan mengenai menghadapi kesusahan dan musibah. Salah satu aplikasi Stoisisme adalah bagaimana kita harus bersikap dan bertindak di dalam kesusahan, musibah, dan bencana. Musibah dan kesusahan merupakan opini atau value judgment yang ditambahkan oleh kita sendiri. Musibah, kesusahan, dan bencana sering kali berada di luar kendali kita, tindakan kita sepenuhnya ada di tangan kita sendiri. Filsuf Stoa melihat semua kesusahan sebagai kesempatan melatih kebijakan atau virtue kita.

Ketika kita tertimpa kesusahan, kita bisa memikirkan virtue yang bisa dilatih oleh keadaan ini. Selain itu, hindari pola pikir 3P yang merusak yaitu Personal, Pervasive, dan Permanence. Filosofi Teras mengajarkan kita untuk menginterpretasi peristiwa negatif sebagai ujian, kesempatan untuk menjadi lebih baik.

 Bab 9 menyajikan pembahasan mengenai menjadi orang tua, prinsip hidup selaras dengan alam dapat diterapkan oleh orang tua kepada anak agar bisa membantu anak melakukan pilihan berdasarkan pertimbangannya sendiri, tentunya dalam kapasitas yang sesuai dengan tahap perkembangannya. Selain itu, anak juga bisa diajarkan dikotomi kendali dalam menghadapi peristiwa hidup dengan teladan dari orang tua. Dalam Filosofi Teras, anak laki-laki dan perempuan mempunyai rasio atau nalar yang sama. 

Oleh karena itu, pendidikan laki-laki dan perempuan harus sama. Implementasi lain dari Filosofi Teras dalam parenting adalah menyadari pentingnya anak tumbuh dengan pengalaman sosialisasi yang sesuai, karena manusia adalah makhluk sosial. Hidup selaras dengan alam juga berarti anak harus dibiasakan hidup bersosialisasi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Book Selengkapnya
Lihat Book Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun