Bab 10 menyajikan pembahasan mengenai citizen of the world, kita semua adalah ''kosmopolitan'' yaitu warga dunia. Kita semua berasal dari sumber yang sama, sehingga tidak ada alasan untuk membeda-bedakan, menyakiti, bahkan mendiskriminasi suku, agama, ras, kebangsaan untuk bisa bersikap manusiawi. Filosofi Teras mengajarkan kita untuk menyayangi seluruh umat manusia serta hidup dengan bijak. Bab 11 menyajikan pembahasan mengenai kematian.
Bagi Stoisisme, kematian bukan sesuatu yang menakutkan, karena ia adalah bagian dari alam. Segala ketakutan manusia akan kematian bukan karena kematian itu sendiri, melainkan atas anggapan dan gambaran mengenai kematian yang dibentuk oleh interpretasi atau value judgment kita sendiri. Dengan demikian, hidup yang selaras dengan alam, menggunakan nalar, dan menjalankan kebajikan akan membawa hidup yang baik, bahkan yang singkat sekalipun.
Bab 12 mengenai penutup. Filosofi Teras lebih menekankan pada melindungi diri dari penderitaan, khususnya di alam pikiran kita. Namun, karena hal itu juga Filosofi Teras lebih mendekatkan diri kita kepada kebahagiaan sejati. Stoisisme membantu kita membebaskan hambatan-hambatan yang ada di pikiran kita, sehingga kita lebih bebas mengikuti makna dan tujuan hidup yang kita tentukan sendiri. Selain itu, Filsafat Stoa juga mengajarkan untuk mencermati empat jenis emosi negatif yang menjauhkan kita dari kebahagiaan yaitu iri hati, takut, rasa sesal atau pahit, serta kesenangan atau kenikmatan.
Dengan memahami dikotomi kendali, kita belajar ikhlas dan tidak meresahkan hal-hal yang tidak bisa kita kendalikan, serta memfokuskan energi pada hal-hal yang bisa kita kendalikan. Kita belajar mengendalikan interpretasi atas semua kejadian di dalam hidup kita, sehingga kita tidak menjadi tanggap terhadap situasi.
Kita juga diajarkan untuk selalu hidup selaras dengan alam, dengan cara menggunakan nalar dan kebijaksanaan kita di semua situasi. Kita berhadapan dengan manusia lain harus menyadari bahwa manusia tidak ada yang sempurna, sama seperti kita sendiri tidak sempurna dan tidak berhak menuntut diperlakukan istimewa. Kematian bukan sesuatu yang menakutkan bagi kita, tetapi memotivasi kita untuk memanfaatkan hidup sebaik-baiknya.
Buku Filosofi Teras karya Henry Manampiring sangat menyenangkan untuk dibaca, karena gaya bahasa yang ringan dan jenaka memudahkan pembaca menerima ajaran Stoisisme. Meskipun buku ini mengajarkan suatu ajaran filsafat, namun gaya bahasa yang digunakan oleh penulis sangat menarik dan mudah dimengerti. Jauh dari kesan filsafat sebagai topik berat dan mengawang-awang, Filosofi Teras justru bersifat praktis dan relevan dengan kehidupan Generasi Milenial dan Gen-Z masa kini.
Penulis juga menggunakan beberapa lelucon yang relevan dengan topik yang dibahas, sehingga membuat pembaca terhibur dan menikmati ketika membaca buku ini. Buku ini disertai ilustrasi oleh Levina Lesmana, sehingga terlihat sangat menarik, terkesan tidak kaku meskipun topik yang dibahas adalah filsafat. Buku ini juga dilengkapi dengan inti sari di setiap akhir babnya, yang dapat membantu pembaca untuk mengingat dan memahami poin-poin yang disampaikan di setiap bab.
Selain itu, buku ini juga berisikan wawancara dengan pakar dan praktisi dari berbagai bidang yang relevan, seperti seorang psikiater, psikolog pendidikan, psikolog klinis, pengusaha dan penulis, serta aktivis dan editor yang membagikan pemahaman akan Stoisisme dan pengalaman mempraktikkannya di kehidupan sehari-hari, baik yang dialami oleh generasi milenial hingga mereka yang berumur 50-an tahun.
Dibalik menariknya buku Filosofi Teras karya Henry Manampiring ini ada beberapa kekurangan yang saya temukan, seperti layoutnya yang rata kiri, ukuran font yang kecil dan rapat, serta beberapa peletakan quote yang berada di tengah kalimat terlihat kurang rapi serta menambah kesan jenuh dan kurang nyaman ketika membacanya.
Buku Filosofi Teras adalah buku filsafat yang saya rekomendasikan kepada pembaca, khususnya Generasi Milenial dan Gen-Z masa kini. Buku ini dapat membantu kita mengatasi emosi negatif dan menghasilkan mental yang tangguh dalam menghadapi naik turunnya kehidupan, sehingga sangat relevan dengan kehidupan Generasi Milenial dan Gen-Z masa kini.
Buku ini dapat memberikan banyak kontribusi supaya kita waras menyikapi hoax dan fake news, serta jangan mudah baper, lebay, dan terprovokasi oleh persepsi ciptaan media sosial. Buku Filosofi Teras karya Henry Manampiring hadir untuk memberikan kita jalan menuju ketenangan jiwa, sehingga membantu para pembaca yang mungkin sedang dilanda kecemasan dan kekhawatiran. Buku Filosofi Teras cocok untuk mereka yang sering atau sedang merasa khawatir akan hidup, serta resah dan kecewa dalam kehidupan sehari-hari.