" Aku harus bagaimana Annie" ucap pak Thomas.
Dia pandangi seluruh arena peternakan miliknya. Leluhurnya membangun peternakan ini mula dari nol, sampai bisa sukses di jamannya. Tapi jaman mulai berganti pabrik yang didirikan membuat orang berpaling.
" Haruskah akau menerima tawaran tuan Darwis Annie" ucapnya lagi.
Pak Thomas adalah seorang pemilik peternakan sapi perah, selain sapi pak Thomas juga memiliki domba, dan dua ekor kuda. Sebelum pabrik-pabrik itu masuk desa, produknya yang menjadi idola. Susu yang dihasilkan rasanya gurih dan  segar,  karena para sapi tidak pernah di taruh kadang maka susu yang dihasilkan berkualitas.
Kini masuknya pabrik membuat usaha pak Thomasa menjadi lesu, puluhan rasa baru diciptakan setiap harin. Pembeli kini lebih menggemari produk diciptakan pabrik, selain rasanya, kemasan yang unik menambah daya tarik pembeli.
" Selamat pagi pak Thomas" sapa petugas listrik.
" Iya ada apa?" jawab pak Thomas ketus.
" Bapak sudah membaca surat peringatan dari kami kan?" ucap petugas.
" Sudah".
" Jika bapak tidak segera melunasi, maka dengan terpaksa kami akan memutus aliran listrik dan air".
" Berikan aku waktu, peternakan sedang tidak baik-baik saja".
" Pak saya sudah berusaha membantu"ucap petugas.
" Berikan aku waktu satu bulan lagi" ucap pak Thomas.
" Mohon maaf, saya tidak bisa memberi waktu lebih dari satu minggu" ucap petugas ambil meninggalkan pak Thomas.
Pak Thomas terdiam saat mendengar ucapan petugas, dia bingung dari mana dia dapat uang. Jika tidak ada listrik maka sapi-sapi tidak bisa diperah susunya, apa mungkin dia harus memerah satu persatu sapinya seperti zaman dahulu. Butuh tenaga ekstra untuk melakukanya, sementara dia hanya sendirian di peternakan itu.
" Andai kau ada disini Annie" ucapnya sambil memandangi foto istrinya.
Annie meninggal 5 tahun yang lalu, sejak saat itu Thomas seperti kehilangan semangat hidupnya. Anak-anak yang sudah dewsa memilih tinggal di kota mengejar karirnya, kedua anaknya tidak ada yang ingin mewarisi peternakan leluhurnya.
" Halo ayah, Ku dengar dari pak Darwis peternakan ingin dibeli pabrik" ucap putra pertamanya.
 " Ya seperti itu" sahut pak  Thomas singkat.
" Ditawar berapa?" ucap Toni.
" Entahlah".
" Yah ini kesempatan baik, ayah bisa mendapatkan banyak uang dari sana, setelahnya ayah bisa tinggal di panti jompo dan menikmati hidup" ucap Toni.
" Jika kau menelpon hanya ingin mengirimku ke panti jompo lebih baik tidak usah menelpon" ucap pak Thomas yang langsung menutup telponnya.
Pak thomas kesal dengan kedua putranya yang lebih memilih bekerja dikota dari pada meneruskan usaha keluarga. Baru saja dia mau keluar rumah untuk manggil sapi-sapinya dia melihat ada mobil jeep hitam parkir di depan.
" Ayaah..." ucap Andre saat keluar dari mobilnya.
Melihat putra keduanya perasaanya sudah tidak enak, pasalnya putra kedua ini cukup nakal. Dia senang main judi, hutangnya ada dimana-mana. Kedatanganya kesini bisa dipastikan adalah meminta uang.
" Kau punya hutang dimana lagi" sambut pak Thomas saat melihat putranya.
" Ayah kau tidak boleh begitu, aku hanya ingin mengunjungimu"ucap Andre.
Tanpa menghiraukan ucapan Andre, pak Thomas langsung menuju ladang belakang rumahnya. Dia kumpulkan para sapi yang siap di perah, dengan menggunakan kuda dia giring 5 ekor sapi masuk kedalam kandang. Setelahnya dia keluarkan ember dan kain bersih untuk memerah sapi-sapi secara manual.
" Kenapa di perah manual, alatnya rusak?" ucap Andre yang membututinya dari belakang.
" Listrik mahal" sahut pak Thomas ketus.
" Bukanya lebih lama jika manual begini, sapi-sapi kitakan banyak jumlahnya".
Pak thomas menghentikan kegiatannya sebentar, sambil menahan amarah dia melirik pada Andre.
" Jika tidak ingin membantu sebaiknya kau keluar" ucap pak Thomas.
Melihat ayahnya marah, Â Andre langsung mengambil ember dan kain bersih, dan mengikuti yang ayahnya perintahkan. Malamnya Pak Thomas merebus telur dan membuat selai dari buah apel, buah yang dipetik dari kebunya. Tidak lupa pak Thomas memasak susu yang baru ia peroleh hari itu.
" Kenapa susunya tidak di jual?" ucap Andre yang mengambil segelas susu untuk diminum.
" Sudah satu jirigen tadi" ucap Pakh Thomas.
" Bukanya kita mengahsilkan lebih dari 6 jirigen tadi".
" Hanya toko kue ujung jalan yang masih membelinya"
" Lalu pelanggan rumahan yang lain kemana?" tanya Andre.
" Hanya keluarga Nyonya Rose dan nyonya Bela saja yang masih rutin membeli susu".
" Lalu sisinya bagaimana?".
"' Ayah jual di pasar, kadang ayah olah menjadi keju, yogurt dan cream kocok".
 " Mengapa ayah terus mempertahankan peternakan ini, ayah sudah cukup tua untuk menjalani ini semua".
" Semua leluhurkau hidup dari sini, istri tercintaku juga dimakamkan di sini, bagaiman bisa aku menjual atnah ini" ucap pak Thomas.
" Ibu akan sedih melihat ayah keras kepala begini".
" Ibumu akan jauh lebih melihat anaknya bersikeras mengirim ayahnya ke panti jompo" ucap pak Thomas sambil meninggalkan meja makan.
Merasa khawatir dengan ayahnya yang marah Andre mencari ayahnya kesekeliling ruangan. Sampai dia menemuai ayah berada didepan sebuah peti tempat menyimpan mainanya.
" Dahulu kau sangat senang main kuda-kudaan ini" ucap ayah sambil menumjukkan mainan kuda kayu milik andre.
Andre tediam dan duduk bersebelahan dengan ayahnya, dia melihat semua mainanya.
" Dahulu kau sering bertengkar dengan kakakmu" ucap Ayah.
" Ya kakak selalu menang dariku".
" Kau tahu Andre, Annie selalu bilang kelak Andre inilah yang akan emngangkat nasib keluarga kita. meskipun dia tidak suka belajar, dan cenderung sulit diatur, tapi hatinya tulus" ucap Ayah sambil melihat foro ibunya.
Air matanya menetes membasahi pipinya, Ibu yang tak pernah meremehkanya meskipun nilainya buruk. Ibu yang selelu percaya akan pilihanya, ibu yang  selalu mendukungan. Tapi Andre tidak bisa mendampingi ibunya untuk terakhir kali. Dia harus berurusan dengan polisi karena hutang yang menumpuk.
" Ayah sudah putuskan esok peternakan ini akan ayah jual" ucap ayahnya.
" Tapi ayaahhh...." Ucap Andre berusaha mencegah.
Pak Thomas masuk kedalam kamarnya, sementara Andre masih duduk menangisi semua yang telah terjadi. Andai saja Andre giat berlajar, andai saja Andre tidak malas membantu kedua orang tuanya, mungkin semua ini tidak akan terjadi. Malam itu dia menangis didepan foto ibunya, seolah ingin bersujud meminta maaf.
Esok harinya ayah sudah bersiap dan menggunakan pakain rapi, saat Andre masih tertidur.
" Sudah rapi begini mau kemana" ucap Andre yang menghampir ayahnya di dapur.
" Menemui Tuan Darwis, ayah juga akan mampir ke makam ibumu".
"Aku ikut".
Saat Andre sedang bersiap didalam kamarnya, terdengar suara teriakan ayahnya disusul dengan suara panci yang jatuh. Saat Adndre keluar, ayah sudah tergeletak di lantai tak sadarkan diri. Dilihatnya sepertinya ayah terjatuh karena terpeleset ceceran air. Andre panik melihat kondisi ayahnya, lansung dia membawa ayahnya kerumah sakit.
" Bapak harus segera dioperasi, ada sumbatan di otaknya"ucap dokter yang memeriksa.
" Berapa biayanya".
" Kurang lebih seratus juta".
" Apa semahal itu,kami tidak punya uang sebanyak itu".
" Kamu bisa menggunakan bantuan pemeriantah, tapi itu tidak akan mencukupi total seluruh biaya".
" Dokter kumohon selamatkan ayah saya, saya akan berusaha mencari uang, tolong berikan keringanan" Andre yang tiba-tiba berlutut memohon.
Merasa tidak tega dokter memberinya waktu 3 hari untuk melunasi pembayaran, jika lebih dari itu dokter tidak bisa membantu banyak. Andre pulang kerumah untuk mencari barang yang bisa di jual. Dicarinya keseluruh ruangan, tapi tidak ada yang berharga dirumah itu. Ditengah keputus asaan dia melihat mobil jeep miliknya, tanpa pikir panjang dia menjual jeep tua itu. Jeep tua itu di hargai hanya 30 juta, uang itu masih belum cukup menutup kekurangan biaya.
Dia pulang dengan perasaan kecewa, dia lihat produk olaha susu dilemari penyimpanan ayah. Dia dia kemas dengan rapi produk itu, dia bawa ke pasar dan menjulanya. Tapi berjualaan bukan perkara yang mudah, tidak satupun produknya terjual. Di pulang dengan putus asa, saat tiba di rumah dia melihat lampu rumahnya mati. Andre menelpon pihak berwenang, tetapi karena menunggak makanya aliran listrik diputus.
" Ibu apa yang harus aku lakukan, haruskah aku menjual peternakan ini"gumam Andre.
Andre bingung harus mencari uang kemana, mengadu pada kakanya juga tidak membuahkan hasil. Kakanya tetap menyarankan untuk menjual peternakan. Malam itu ditengah kegelapan Andre berpikir keras cara menghasilkan uang. Dia akhirnya terpikir menjual sapi, jumlahnya ada puluhan dia akan jual semuanya.
Pagi harinya dia memabawa semua sapinya, tapi ada satu sapi yang menolak untuk diangkut. Setelah menjual sapi, maka terkumpulah uang yang bisa digunakan untuk pengobatan ayahanya. Singkatnya operasi dilakukan, setelah istriahat beberapa minggu ayahnya kembali tersdar. Saat Andre membawa ayahnya pulang kerumah, betapa terekejutnya dia karena sapinya hanya sisa satu.
" Apa yang sudah kau lakukan".
" Aku menjualnya ayah".
" Lalu bagaimana kita akan hidup selanjutnya, peternakan tanpa sapi akan dihargai murah" keluh ayahnya.
" Aku tidak punya pilihan lain ayah".
Pak Thomas masuk kedalm kamarnya, sembari menemani ayahnya Andre berpikir cara menghasilkan uang. Saat memandangi foto ibunya, dia teringat akan satu makan kesukaan Andre yang selalu dibuat oleh ibunya yaitu permen susu. Andre pergi ke kandang sapi, dia perah susunya, dan mulai membuat pemen. Setelah berjam-jam dia berada didapur, akhirnya dia berhasil membuat pemen susu dengan macam-macam bentuk.
Dibawanya permen itu kepasar, awalnya orang tidak mempedulikan barang daganganya. Tapi dia ingat bagaimana tempat perjudian dioperasikan. Mereka akan berteriak-teriak untuk menarik pelanggan, Andre gunakan cara itu. Satu persatu pemernya laku terjual. Â Sampai malam dia hanya berhasil menjual 3 permen. Dia berpikir bagaiam bisa anak kecil tika tertarik dengan permen.
Dia berpikir lagi bagaimana cara agar permenya laku, akhirnya dia mengganti kemasannya, dengan bungkus yang lebih berwarna. Dengan kemasan baru ini peremnaya mengalami peningkatan penjualan menjadi 15 permen tiap ahrinya. Tiap hari Andre mambuat macam-macam inovasi sampai akhirnya daganganya sudah dikenal banyak orang. Kini tiap harinya Andre bisa menjual 100 buah peremen.
Andre terus mengembangkan produknya, sampai dia sukses membesarkan bisnisnya. Setelah 3 tahun menggeluti bisnis ini, semua sapi terjual bisa dia beli lagi. Tidak lupa dia sempatkan melunasi hutang-hutangnya sedikit demi sedikit. Sampai akhirnya dia bisa membuka toko yang menjual semua olahan susu, mulai dari permen, yogurt, keju, kream kocok, sampai pada keripik susu. Andre membuktikan ucapan ibunya bahwa dia akan mengankat nasib keluargnya. Dia menyadari hanya dengan kerja keras dan tekat kuat dia bisa menjalani hidup. Kemalasan hanya akan membawanya pada keputusasaan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H