Kembali Nia menangisi kepergian orang tuanya dia merasa tidak siap mengahadapi semua ini begitu cepat. Orang yang selalu bisa diandalkan kini tiba-tiba pergi meninggalkan Nia seorang diri, Nia berharapa waktu bisa diputar dan adiknya tidak pernah terlahir kedunia. Sejak adiknya lahir semua berubah, perhatian orang tuanya menjadi terpecah. Terlebih saat Ari di vonis mengidap autis pada usia 3 tahun. Orang tua Nia sibuk mencari pengobatan dan sekolah yang tepat untuk Ari.
Entah berapa uang yang sudah keluarkan orang tuanya tapi perkembangan Ari seperti stuck di usia 5 tahun. Terkadang ayah harus rela dipukul saat Ari kumat tantrumnya, sudah tak terhitung kaca di rumah pecah akibat ulah Ari. Kini Nia harus menghadapi semua itu sendirian, dulu Nia akan masuk kamar saat Ari kumat, kini siapa yang harus mengurus begundal ini. Baru saja Nia ingin memejamkan mata yang sembab karena menangis, sudah terdengar teriakan Ari dari luar kamarnya.
"ibuuuu...buu..ibu buuu".
" Ari sudah malam nak kita besok jalan-jalan ya" ucap Om yang malam itu menginap di rumah Nia.
" Ayi mau ibuuuu.ibuuuu" rengek Ari sambil melampar mainan miliknya.
Kebisingan itu membuat Nia muak, dengan penuh amarah Nia keluar  meluapkan amarahnya pada setan cilik itu.
" Bisa diam tidak ini sudah jam 12 malam" teriak Nia  pada Ari.
" Lampirrr....Nia lampirrr...Nia jahat" ucap Ari.
" heh ini semua gara-gara kamu, kalau saja kamu gak pernah ada" ucap Nia sambil mencekik mulut Ari yang terus-terusan menangis.
" Nia cukup...jangan diteruskan...adik juga terguncang" ucap om saat melihat amarah Nia.
" Masuk kamar...masuk gak" ucap Nia sambil menarik tangan Ari.