" Begini Nia lama lama ayah dan ibu tidak memiliki keturunan, karena sudah berusaha akhirnya mereka bedua memutuskan untuk mengadopsi anak, yaitu kamu. 5 tahun setalah lahirlah Ari"
" Jadi selama ini aku bukan anak kandung mereka? Aku anak pungut?".
" Nia kami tidak pernah menganggapmu orang lain, kami semua sepakat bahwa kau adalah bagian dari keluarga ini".
" Kenapa tidak ada yang pernah memberi tahuku om"ucap Nia sambil menutup telphonya.Â
Berkali-kali om mencoba menelpon balik, tapi sengaja Nia tidak mengangkat. Dia menangis mengetahui bahwa selama ini dia yang seharusnya tidak di sana, seharusnya dia yang tahu diri. Orang yang selama ini dianggap merebut kasih sayang malah dia yang berhak mendapat kasih sayang. Dengan langkah gontai, lemah tak bertenaga Nia kembali ke RS untuk mengurus segela keperluan Ari. Dia pandangi wajah Ari yang tertidur, tiba-tiba tangan Ari meraih tangan Nia.
Liriah dia berkata "nia jangan pergi, ayi nakal, ayi tidka nakal lagi, ayi sayang nia".
Air mata nia jatuh tak terbendung, orang yang selalu dibenci Nia selama ini tenyata orang yang paling tulus menyangi Nia. Meskipun sering berlaku kasar pada Ari, tapi Ari tetap sayang pada Nia, buktinya dia tidak ingin berpisah saat dibandara. Sejak saat itu, Nia belajar cara mengururs adiknya, terapi yang dijalankan Ari kini dilanjutkan kembali. Meskipun kadang kesusahan Nia berusaha bersabar dan menjadi pengganti orang tuanya. Ini semua Nia lakukan untuk balas budi terhadap kebaikan orang tua Ari yang telah menjaganya selama ini.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H