Mohon tunggu...
Putri Musalamah
Putri Musalamah Mohon Tunggu... Psikolog - Konselor, trainer, SDM dan fasilitator parenting

9 tahun menggeluti dunia pendidikan dan konseling remaja, tertarik dengan ilmu parenting. Kini menfokuskan diri di bidang SDM dan HRD.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Dunia Tanpa Titik

16 Oktober 2024   11:10 Diperbarui: 16 Oktober 2024   11:31 102
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

" Ni...bangun nak...bagun...anakmu menunggu" ucap seseorang saat Riani di dasar sungai.

Riani teringat akan anaknya yang masih kecil, dia langsung terbangun dan berenang kepermukaan. Tenyata dia melihat mbah So ada di jembatan sambil menggendong anaknya. Sejak di rumah pak RT, mbh So sudah mengikuti Riani, dia mengejar Riani yang berlari kencang. Saat ada keributan di rumah pak RT, mbah So sudah mengetahui, begitu pula saat riani di usir, mbah So langsung mengejar Riani. Sampai Mbah So menyaksikan pertemuan dengan suaminya, mbah so kesulitan mengejar riani yang berlari kencang.

" Riani....Riani inggir nak...sing eling" teriak mbah So dari atas jembatan.

Setibanya ditepian, langsung menghapiri Riani. Mbah So langsung memeluk Riani yang kelelahan karena berenang. Sambil mengatur nafas dia menangis sejadi-jadinya di pelukan mbah So. Dia menumpahkan semua permasalahanya dalam pelukan, meskipun tanpa kata, mbah So dapat memahami.

" Sing sabar nduk...kasihan anakmu" ucap mbah So. Riani hanya menangis

Anaknya melihat dengan tatapan sedih, dia seolah tau kesedihan yang dirasakan ibunya.

1 tahun telah berlalu, pasca kejadian itu Riani memutuskan untuk berhenti kerja di pabrik rokok. Dia menjual rumah warisanya, menjadikan sebagai modal usaha untuk membuka toko baju. Riani berusaha bangkit dari keterpurukan dan berjuang demi anaknya. 

Meskipun tidak terlalu banyak pembeli tetapi penghasilan toko cukup memenuhi kebutuhan sehari-hari jauh lebih baik daripada kerja di pabrik. 

Riani sudah bertekat untuk membesarkan anaknya sendiri sampai menjadi sukses, Pelahan tapi pasti dia berhasil mengembalikan semangat hidupnya, kini dia jauh lebih terhormat karena usaha yang dimiliki. Riani sudah melupakan suaminya, meskipun belum resmi bercerai dia sudah tidak peduli lagi. 

Saat ini dia focus untu hidup bahagia bersama anaknya. Bagaikan kalimat tanpa titik, begitulah hidup yang akan selalu ada masalah, maka menjadi bahagia adalah pilihan terbaik.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun