Spontan Melly berdiri. Matanya berbinar, tajam menatap penuh kesungguhan. "Mau, Eyang.''
"Yah, memang pemuda alim begitu yang ditunggu, nggak mungkin Melly menolak'' Ayahnya Melly yang sejak tadi diam, ikut menimpali.
"Ya sudah, besok Eyang ke sini lagi dengan Izul. Itu nama dia.''
Melly tersenyum sangat bahagia, ia begitu mudah melupakan Rico, walau belum bertemu pemuda bernama Izul telah bertahta di hatinya, bahkan belum jelas siapa dan bagaimana orangnya. Melly hanya berfikir tentang ilmu agama yang di miliki Izul. Jarang sekali ada pemuda seperti itu.
***
Seperti hari minggu biasanya. Rico akan datang kerumah Melly. Kali ini Melly mengajak Rico ke suatu tempat karena ada sesuatu yang ingin dibicarakan. Ahirnya mereka pergi ke taman dengan pemandangan sebuah air terjun. Tak butuh waktu lama, mereka telah sampai di taman yang penuh dengan bebatuan. Melly duduk di sebuah batu besar diikuti Rico duduk sebelahnya.
"Tumben ngajak ke sini, ada apa, Mel? Hm... apa mau bilang sudah siap menikah.''
Melly diam sejenak kemudian mendesah, sebuah kata yang tidak mudah diucapkan. "Begini Rico, kemaren Eyang datang ke rumah, beliau bilang mau menikahkan aku dengan pemuda pilihannya'' Melly terpaksa berbohong, dengan begitu ia berharap akan memudahkan segalanya.
"Terus kamu mau?'' Suara Rico menjadi dingin.
Melly hanya diam sampai akhirnya waktu mengharuskan mereka pulang.
***