Tahun baru 2025 kali ini bertepatan dengan 1 Rajab dalam kalender islam. Langit tampak cerah tanpa hujan sedikitpun. Harapan barupun muncul, semoga tahun ini menjadi lebih baik dari tahun-tahun sebelumnya.
Dengan semangat menyaksikan pergantian hari baru, di tahun baru. Maka para penggemar wisata alam, berburu sunrise di puncak gunung.Â
Wisata alam ini merupakan rihlah (perjalanan) bagi hati. Tafakur alam yang kini banyak diminati dan dilakukan orang dengan sebutan healing.
Hal yang belakangan menjadi tren, karena sebuah kesenangan dan kenikmatan tersendiri. Terutama sebuah kepuasan hakiki jika dapat menikmati semburat indah pertama dari spektrum kuning Matahari yang menghiasi langit kala pagi hari.
Tak terkecuali saya, hati terasa berdebar kencang dan senyum pun membuncah, kala menyaksikan pancaran cahaya Matahari terbit pertama di langit Dieng. Yang membangkitkan keceriaan serta semangat, untuk memulai hari baru.
Dengan wajah gembira, setiap orang terlihat sumringah menyaksikan matahari pertama terbit. Apalagi cuaca cerah, sehingga matahari terlihat terang tanpa tertutup awan.
Bagi saya, seorang emak-emak petualang yang tak lagi muda. Perburuan sunrise kali ini diputuskanlah di Puncak Bukit Sikunir, Dieng.Â
Sesuai dengan review banyak orang di media sosial tentang golden sunrise yang memukau, namun dengan usaha pendakian yang tidak terlalu sulit. Maka berangkatlah saya dan rombongan ke sana.
Ini sebenarnya adalah kali kedua saya menginjakkan kaki di daerah Dieng. Setelah sebelumnya di 2015 berwisata ke Dieng di area kawah sikidang, candi Arjuna, telaga pengilon dan telaga warna saja. Dikarenakan sepertinya berita tentang Puncak Sikunir belum seviral saat ini.
Perjalanan saya dari Jakarta ke daerah Dieng dimulai sore hari selepas magrib, dan memakan waktu sekitar 6-7 jam. Dengan berhenti di beberapa rest area untuk isoma (istirahat, sholat dan makan). Untuk jarak tempuh Jakarta-Dieng adalah sekitar 415km.