Sehingga membuat Ibu Rahmi semakin sedih karena merasa kesulitan untuk menyatukan anak-anaknya yang tak akur. Apalagi Rangga yang merasa tersinggung malah memutuskan meninggalkan acara makan-makan saat ulang tahun sang Ibu.
Kepergian pasangan seperti kehilangan sebagian hidup.Â
Apalagi jika pasangan adalah sosok yang selalu mendukung. Terlihat dalam film, sepeninggal suaminya Ibu Rahmi terlihat sedih dan merindukannya.Â
Pasangan hidup (istri/suami) ibarat belahan jiwa. Ketika ditinggalkan sosok yang dicinta, hanya iman kepada Allah yang bisa menjadi pegangan ketika seseorang ada dalam fase sulit ini.
Hal ini yang juga dialami saudara, dan teman saya yang juga ditinggalkan pasangannya menghadap ilahi. Maka sayangilah pasangan selagi ada waktu dan kesempatan.Â
Karena pasangan adalah teman bercerita sepanjang pernikahan, hingga kita menutup usia. Berbeda dengan anak-anak, mereka ketika dewasa akan sibuk dengan urusannya sendiri.
Maka di film ini dikisahkan, Ibu Rahmi yang tak ingin menampakkan kesedihannya setelah kepergian sang suami. Serta memilih untuk memendamnya sendiri.Â
Karena ia sadar, dengan menceritakan perasaannya. Bisa jadi ia akan menambah beban pikiran bagi anak-anaknya yang sibuk dengan urusan masing-masing. Terutama karena keempat anaknya yang sudah dewasa, dimana masing-masing memiliki kesibukan dengan dunianya sendiri.
Sesama saudara harus rukun, jangan menjatuhkan.
Dalam salah satu adegan film, diceritakan Rania yang sebelumnya terlibat kasus narkoba. Menyalahkan sang kakak karena tak menunggunya keluar dari tahanan untuk memakamkan sang Ibu. Ia berprasangka dan menuding ini adalah ketidaksukaan sang kakak terhadapnya.
Padahal nyatanya tidak demikian, Ranika sang kakak lah yang paling sibuk berusaha mencari tahu keberadaan sang adik. Dan ingin menunggu agar sang Ibu bisa dimakamkan setelah ada kabar tentang Rania. Namun Rangga, adik kedua yang memutuskan sang Ibu dimakamkan bersama sang Ayah, mengingat ketika seseorang meninggal harus segera dimakamkan.