Bergegas ku putar arah, menuju ke perumahan tempat tadi. Tempat aku menurunkan penumpang sebelum menunaikan sholat subuh.Â
Besar harapanku untuk mengambil kembali hakku. Semoga memang rejeki, pikirku lagi.
Aku pun mulai melaju di antara jalanan yang berlobang tadi. Menelusuri ingatan tentang perempuan berbaju coklat tadi.
Sesampainya di perkiraan lokasi perumahan penumpangku tadi. Sinar matahari sudah mulai menampakkan cahayanya.
Aku pun meminggirkan motor di antara ilalang yang ada di pinggir jalan. Suasana di area tersebut masih sepi seperti semalam.
Dan mataku mulai terbelalak, di depanku bukan lagi sekomplek perumahan. Namun komplek pemakaman, mataku menatap nanar ke depan. Benarkah ini? Atau hanya ilusi mataku saja.
Dalam hati ku terus bertanya-tanya, apakah aku salah arah. Atau jangan-jangan salah tempat ya.. Batinku sambil menggerutu.
Dengan gontai dan penasaran ku masuki area pemakaman. Tanpa sadar sepatu bututku  berjalan, seolah hati ada yang menggerakkan.Â
Menuju ke salah satu makam di sudut area perkuburan. Yang di sebelahnya ada pohon jambu dengan rumput liar yang lebat.
Kakiku tak sengaja menginjak daun jambu yang banyak berserakan di atas makam. Bentuknya serupa dengan yang ada di kantong jaketku.
Aku langsung berucap istighfar, mulai mengerti apa yang ku alami. Ya Allah.. semoga Engkau mengganti rizkiku dengan yang lebih baik. Gumamku perlahan.