Mohon tunggu...
Putri EkaSari
Putri EkaSari Mohon Tunggu... Lainnya - Karyawati

Semoga menulis menjadikan amal shalih yang bermanfaat

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Cerpen: KDRT, pelampiasan kala Emosi Melanda

21 November 2024   05:50 Diperbarui: 21 November 2024   19:19 57
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Bu apa kita harus ke Rumah sakit?" kataku sambil berbisik kepada Ibu.

"Tak usah nak.. Semoga nanti darahnya berhenti sendiri" Katanya sembari mengelap darah yang masih keluar dari hidungnya, seperti mimisan. Rembesannya menetes tak hanya ke baju, tapi juga menggenang di lantai.

Aku kebingungan, seraya melirik takut-takut ke arah Ayah. Berharap Ia pemimpin di rumah ini bisa memutuskan apa yang harus kami lakukan untuk menghentikan pendarahan Ibu.

Karena kami hanyalah 2 anak kecil yang bingung mau berbuat apa. Usiaku masih 10tahun, dan adikku 5tahun. Aku belum mendapatkan Pelajaran pertolongan pertama di Sekolah.

Jadi aku pun kebingungan. Memperhatikan Ayah yang masih diam tak berbicara apa-apa. Raut mukanya tertunduk dan juga kebingungan, entah menyesal atau bagaimana.

Tanpa pikir panjang, Aku pun lekas berbalik ke belakang. Mengambilkan segelas air putih di dapur dan tisu, kemudian menyerahkannya pada Ibu.

"Minumlah Bu.." Kataku sambil memberikan segelas air putih ke hadapannya.

Ku lihat Ibu bersandar sambil menyesap air hingga habis. Ibu tentu kehausan setelah berusaha melawan pukulan Ayah dan kemudian menangis selepasnya.

Lalu kemudian aku beranjak kembali mencari lap di dapur. Untuk menghapus darah yang berceceran menggenang di lantai.

"Bu.. perlukah kita memanggil bantuan ke tetangga? Pakde dan Bude Sastro mungkin bisa membantu.." Ujarku lagi setengah berbisik kembali ketika kembali di hadapan Ibu.

Aku berharap, mungkin bantuan dari tetangga bisa menyelesaikan permasalahan ini. Aku khawatir jika Ibu akan banyak kehilangan darah dari hidungnya dan pingsan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun