"Bu apa kita harus ke Rumah sakit?" kataku sambil berbisik kepada Ibu.
"Tak usah nak.. Semoga nanti darahnya berhenti sendiri" Katanya sembari mengelap darah yang masih keluar dari hidungnya, seperti mimisan. Rembesannya menetes tak hanya ke baju, tapi juga menggenang di lantai.
Aku kebingungan, seraya melirik takut-takut ke arah Ayah. Berharap Ia pemimpin di rumah ini bisa memutuskan apa yang harus kami lakukan untuk menghentikan pendarahan Ibu.
Karena kami hanyalah 2 anak kecil yang bingung mau berbuat apa. Usiaku masih 10tahun, dan adikku 5tahun. Aku belum mendapatkan Pelajaran pertolongan pertama di Sekolah.
Jadi aku pun kebingungan. Memperhatikan Ayah yang masih diam tak berbicara apa-apa. Raut mukanya tertunduk dan juga kebingungan, entah menyesal atau bagaimana.
Tanpa pikir panjang, Aku pun lekas berbalik ke belakang. Mengambilkan segelas air putih di dapur dan tisu, kemudian menyerahkannya pada Ibu.
"Minumlah Bu.." Kataku sambil memberikan segelas air putih ke hadapannya.
Ku lihat Ibu bersandar sambil menyesap air hingga habis. Ibu tentu kehausan setelah berusaha melawan pukulan Ayah dan kemudian menangis selepasnya.
Lalu kemudian aku beranjak kembali mencari lap di dapur. Untuk menghapus darah yang berceceran menggenang di lantai.
"Bu.. perlukah kita memanggil bantuan ke tetangga? Pakde dan Bude Sastro mungkin bisa membantu.." Ujarku lagi setengah berbisik kembali ketika kembali di hadapan Ibu.
Aku berharap, mungkin bantuan dari tetangga bisa menyelesaikan permasalahan ini. Aku khawatir jika Ibu akan banyak kehilangan darah dari hidungnya dan pingsan.