Lumrah adanya karena kalian berada dalam sebuah hubungan pernikahan yang tak bisa ku kejar lagi. Patah hati menjadi cambuk untuk aku bangkit meski beberapa kali terjatuh dan mengingatmu lagi. Namun aku pun kemudian bertekad harus mengejar banyak hal yang ketinggalan.
Berusaha bangkit, kembali menata hati dan menyibukkan diri dengan banyaknya tugas, berkegiatan kuliah serta kepemudaan di kampus. Lalu perlahan bertemu orang baru, dan hal menyenangkan juga menarik di dunia ini selain Mas Ari. Teman-teman yang tulus bahkan ada pula yang berusaha mendekati dan berusaha menaklukan hatiku. Namun perasaan takut ditinggalkan membuatku belum berani berkomitmen ke jenjang lebih serius.
Sehingga beberapa kali penjajakan hanya berujung pertemanan saja. Tapi aku percaya, aku berharga. Dan setelah badai ini, pasti akan ku temukan cahaya. Aku akan buktikan.Yakinku dalam doa. Di tahun-tahun terakhir kuliah. Aku pun makin memfokuskan diri untuk menyelesaikan kuliah dengan nilai yang baik. Sehingga kelak mendapatkan pekerjaan.
Waktu berganti dan tak terasa aku pun memasuki dunia karir. Namun kali ini, Tuhan seolah memberikan hadiah atas kesabaranku. DikirimkanNya sebuah kompensasi dari rasa sedih itu, berupa pekerjaan yang baik dan halal. Dengan gaji yang sesuai. Serta keluarga, yang selalu mendukungku.
Dengan bekerja, Allah berikan kebaikanNya atas luka yang lalu. DihadiahkanNya berbagai privilege terbang mengunjungi berbagai kota di berbagai area di Indonesia, bahkan di luar Negeri.Â
Alhamdulillah.. ya Allah.. ku gapai cita lewat luka.. Meski berdarah, prosesnya mampu menjadikanku wanita yang tangguh, dan bermartabat.
Dari perjalanan patah hati, Allah menjauhkanku dari orang yang tidak tepat, menuju hal yang lebih baik.Â
Putrie, Juni 2024 (Membelah Langit Dengan Harapan-Alineaku).
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H