Pilihan LDR (Long Distance Relationship) memang tidak cocok sepertinya untuk mempertahankan hubungan kita yang sudah berjalan selama 3 tahun lebih. Jarak dan waktu memisahkan kita yang semula seia sekata semenjak SMA. Menjadikan rasamu berubah.
Ah.. Memikirkannya semakin membuat hatiku terasa semakin teriris. Perasaanku campur aduk setelah keluar dari gedung pernikahan tadi. Rasanya aku ingin berteriak marah dan memaki perempuan yang bersanding di pelaminan dan menikah dengan mas Ari.
Karena setelah kenal dengan perempuan itu, kamu langsung memutuskan hubungan denganku. Keputusan yang terlalu sepihak, dan 3 bulan kemudian kamu menikah. Dia merebutmu dan membuat hatiku terasa pilu bagai teriris sembilu. Sehingga kau berlalu tanpa menghiraukan perasaanku.
Aku tak menyangka, entah apa yang membuatmu seperti begitu terkesima olehnya. Kemudian tak lama kamu pun menikahinya. Rasa marah yang kutahan dalam diam inginnya kulampiaskan di atas panggung pelaminan tadi. Jika tak tahu malu, ingin ku acak mahkota di atas kepala perempuan itu.
Dan ku jambak rambut dia yang merebutmu dariku. Tapi hal yang demikian tak kulakukan, karena ku anggap itu layaknya seperti anak kecil yang berebut permen saja. Beruntungnya aku dapat mengendalikan diri.
Namun emosi dan kemarahan itu seolah luntur tersiram aliran air hujan dari langit. Tangisan yang tak bisa kubendung lagi. Hingga tak terasa 2 jam cukup membuat hati menjadi lega
Setelahnya kepalaku pun ku angkat perlahan. Ku tegakkan tubuhku. Ah.. biarlah 3 tahun yang sia-sia itu. Berarti kamu memang bukan jodohku. Ku tekadkan hati seiring hujan yang mulai mereda dan sinar matahari yang mulai muncul lagi.Â
Aku harus menghentikan perasaan ini, dan beranjak pergi mengejar hal lain yang lebih baik. Proses melupakan dirimu, ternyata tidak semudah bayanganku.
Beberapa kali aku masih menangisi kenangan, jika sekelebat teringat. Terutama setiap tak sengaja mendengar lagu yang biasa dinyanyikan bersama dahulu. Atau menatap benda-benda pemberiannya, rasanya menerbitkan sedih itu lagi. Kecewa dan patah hati karena ditinggalkan orang yang dikasihi ternyata menimbulkan jejak, goresan yang cukup dalam. Bahkan sempat membuat nilai kuliahku anjlok.
Karena tidak fokus dalam belajar. Orang tua, teman dan dosen yang memperhatikan nilaiku yang semula baik, menjadi begitu kaget dengan perubahan yang ada padaku.Â
Tanpa ku sadari, aku masih saja mengawasi kegiatan sehari-hari mas Ari lewat instagramnya. Dan aku terhenyak, seolah tertampar pada realita. Bahwa menangisimu adalah sebuah kebodohan dan membuang waktu saja. Tak adil rasanya. Aku begitu larut dalam kesedihan, dan kau bersenang dan bermanja dengan istrimu.