- Kebajikan Moral: Pemimpin harus memiliki karakter yang baik, seperti kejujuran, keadilan, dan keberanian. Ini penting untuk membangun kepercayaan dan legitimasi di mata masyarakat.
- Kebijaksanaan: Pemimpin yang bijaksana mampu mengambil keputusan yang tepat berdasarkan pemahaman yang mendalam tentang situasi. Kebijaksanaan (phronesis) ini memungkinkan pemimpin untuk menilai berbagai aspek kehidupan sosial dan politik.
-Kemampuan Berempati: Seorang pemimpin ideal harus dapat memahami dan merespons kebutuhan rakyatnya. Empati membantu dalam pengambilan keputusan yang lebih inklusif dan adil.
3. Bentuk Pemerintahan dan Implikasi Terhadap Kepemimpinan
Aristoteles mengidentifikasi beberapa bentuk pemerintahan, masing-masing dengan implikasi yang berbeda terhadap gaya kepemimpinan:
- Monarki: Pemerintahan oleh satu pemimpin yang bijaksana dapat menjadi ideal jika pemimpin tersebut berorientasi pada kebaikan masyarakat. Namun, monarki dapat menjadi tirani jika pemimpin mengejar kepentingan pribadi.
- Aristokrasi: Dijalankan oleh sekelompok orang yang memiliki kebajikan dan pengetahuan. Pemimpin dalam aristokrasi diharapkan dapat membuat keputusan yang lebih baik untuk masyarakat.
- Politeia: Merupakan pemerintahan yang melibatkan partisipasi aktif dari banyak orang. Aristoteles melihat bentuk ini sebagai ideal karena dapat mengurangi risiko tirani dan menciptakan keseimbangan dalam pengambilan keputusan.
4. Pendidikan dan Pengalaman
Pendidikan dan pengalaman memainkan peran kunci dalam membentuk pemimpin yang ideal. Aristoteles menekankan bahwa pendidikan harus mengembangkan kebajikan moral dan intelektual. Selain itu, pengalaman praktis membantu pemimpin untuk memahami realitas kehidupan dan membuat keputusan yang bijak.
 5. Relevansi dalam Konteks Modern