"Apa yang kamu bicarakan Anin, kamu tidak bersalah tapi ibulah yang bersalah, maaf kan ibu yang selama ini telah mengekangmu. Maaf ibu telah memaksakan kehendak ibu padamu, ibu tahu ibu salah, tapi ibu sebenarnya ingin yang terbaik untuk kamu nak, namun sepertinya cara ibu yang salah, maafkan ibu."
"Jangan pernah tinggalkan ibu ya nak ibu takut, kamulah harta paling berharga yang ibu miliki di dunia ini. Ibu sangat menyayangimu nak, jangan tinggalkan ibu, ibu berjanji tidak akan pernah mengekangmu lagi, apa yang kamu inginkan selama itu baik silahkan lakukan."
"Apakah kamu mau memaafkan ibu nak?"tutur ibu Anin dengan tangan yang menggenggam erat tangan mungil itu, juga dengan air mata yang sedari tadi sudah menemaninya.
"Ibu, aku tahu ibu ingin yang terbaik untuk Anin, Terima kasih ibu, aku sangat menyayangimu, selalu bimbing Anin ya bu, Harta yang Anin miliki didunia ini hanyalah ibu, surgaku ada di bawah telapak kaki ibu," lirih Anin yang masih terbaring di atas ranjang itu, dalam hatinya ia berkata "Terima kasih ayah ibu, aku sangat menyayangi kalian."
Tamat
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H