Mohon tunggu...
Putriana Supriatin
Putriana Supriatin Mohon Tunggu... Guru - Guru Lintas Mata Pelajaran

saya menyukai tantangan dalam dunia pendidikan.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Batas Akhir

30 Mei 2023   15:39 Diperbarui: 30 Mei 2023   15:48 134
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

                Ibuku mendesak agar aku mengikuti selesksi tersebut. Ini merupakan pilihan yang sangat dilematis bagiku. Aku sudah mulai mencintai pekerjaan ku sebagai marketing support, aku juga sudah menerima gaji yang jauh dari jumlah yang pernah aku terima saat  di lembaga kursus. Selama dua bulan bekerja aku sudah bisa membeli satu suku gelang emas. Ibu senang juga atas pencapaian ini, tetapi beliau kurang ikhlas karena beliau tidak tega melihatku pulang sendirian pada malam hari, terkadang mendekati tangah malam ketika closing di akhir bulan. Aku pun paham akan hal ini, kekhawatiran orang tua ku pasti berdasarkan banyak pertimbangan.

                Batas akhir pendaftaran lowongan BUMN sehari lagi di tutup, akhirnya kata-kata sakti dari ibuku keluar juga.

“Kalau kamu tidak mau daftar, keluar saja dari rumah, sekali ini tolong nurut, ini juga demi keselamatan kamu.” Ibuku berkata dengan mimik wajah yang tegas.

Aku tak kuasa untuk menolak, lalu akhirnya aku mendaftarkan diri secara online. Lalu besoknya aku dipanggi untuk mengikuti ujian tertulis. Pada saat itu ujian tertulis berlangsung saat hari libur dikantor ku. Tiga hari setelahnya aku mendapat panggilan untuk mengikuti wawancara, yang merupakan tes akhir dari seleksi penerimaan BUMN ini. Aku memberanikan diri untuk izin, dan salahnya lagi aku hanya izin melalui telepon, Mr. ISD mengizinkan ku dengan intonasi yang berat. Aku menaruh kecurigaan bahwa Manager ku tentu tahu apa yang sedang aku lakukan.

                Esok harinya aku dipanggil oleh Mr. ISD keruangannya. Dia hanya menatapku dan memintaku untuk cerita. Aku menceritakan semuanya, dari mulai latar belakang sampai dengan proses yang sudah aku lewati dalam seleksi masuk BUMN.

                Manager menatapku dan menyodorkan kertas dengan banyak pasal-pasal didalamnya.

“Ini adalah surat kontrak kamu, harusnya saya kasih kemarin. Tapi kamu izin melalui telepon dengan saya. Menurut aturan yang berlaku, jika kamu izin dalam masa training itu sama aja dengan mangkir.” Manager berkata dengan tenang.

Aku hanya terdiam mendengarkan Mr. ISD berbicara. Aku ingat betul pertanyaan terakhir yang ia lontarkan kepada ku.

“Take it or leave it? If you take, you will here but if you leave you will go there, simple.”

Dengan mempertimbangkan ibuku, akhirnya aku menolak untuk menandatangani surat kontrak tersebut. Aku melangkah keluar gedung besar itu dengan berat hati. Kusalami teman-teman diruangan, mereka pun medoakan ku agar mendapat pekerjaan yang terbaik.

Keesokan harinya aku melaksanakan tahap wawancara kedua yang merupakan fase akhir dari tahapan seleksi. Aku ditemani oleh ibuku saat itu. Aku melihat semua berpakaian rapi, masuk satu-persatu dalam runagan. Ada yang mengaku gampang, ada yang mengaku sulit saat sesudah wawancara didalam, tibalah giliranku. Aku masuk dengan percaya diri dan didalam aku menjawab setiap pertanyaan dari empat orang perwawancara. Setelah keluar ada satu orang laki-laki mengikuti aku dan ibuku sambil berkata.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun