Mohon tunggu...
Putri Ardiyanti
Putri Ardiyanti Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa

Mahasiswa baru yang mencoba membiasakan menulis

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Pengaruh Paradigma Sosial terhadap Stunting di Indonesia

26 Oktober 2023   17:06 Diperbarui: 26 Oktober 2023   17:10 229
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

C.  Hubungan dengan Paradigma Fakta Sosial

      Paradigma fakta sosial, seperti yang diungkapkan oleh Emile Durkheim, menekankan bahwa sosiologi harus berdiri sendiri sebagai ilmu yang independen, terlepas dari filsafat, dan harus berfokus pada fakta sosial yang dapat diamati dan dianalisis sebagai objek kajian yang nyata. Paradigma fakta sosial membagi fakta sosial menjadi dua kategori fakta sosial materi yang dapat diamati secara fisik, seperti hukum, dan fakta sosial non materi yang berasal dari kesadaran manusia, seperti moralitas. Paradigma ini juga mencakup teori-teori yang memeriksa struktur sosial dan institusi sosial dalam masyarakat.

     Dalam konteks stunting, paradigma fakta sosial dapat digunakan untuk memahami bagaimana faktor-faktor sosial dan struktural, seperti ekonomi, akses terhadap pangan, dan ketidaksetaraan dalam layanan kesehatan, memengaruhi prevalensi dan distribusi stunting (Hidayah, Xaverius, and Sadewo 2018). Paradigma ini mengacu pada realitas sosial yang ada di masyarakat dan bagaimana realitas ini memengaruhi kondisi stunting. Data ekonomi, data demografis, dan data survei gizi anak dapat digunakan untuk menganalisis perbedaan dalam tingkat stunting dan mengidentifikasi faktor-faktor fakta sosial yang berkaitan.

D.  Hubungan dengan Paradigma Perilaku Sosial

        Paradigma perilaku sosial, seperti yang dijelaskan dalam uraian sebelumnya, memfokuskan perhatian pada tindakan individu, interaksi sosial, dan bagaimana perilaku individu dipengaruhi oleh lingkungannya. Paradigma ini menyoroti hubungan antara individu dan lingkungannya dalam membentuk perilaku sosial. Dalam konteks stunting, paradigma perilaku sosial memainkan peran penting dalam menjelaskan bagaimana norma sosial, nilai-nilai budaya, dan tekanan sosial dapat memengaruhi keputusan dan tindakan keluarga terkait dengan pola makan, pendidikan gizi, dan perawatan anak (Sofianita, Meiyetriani, and 3 2017).

        Paradigma ini mempertimbangkan bagaimana tindakan individu dalam masyarakat dapat mempengaruhi dan mengubah struktur sosial dan institusi sosial yang ada. Ini mencakup pemahaman tentang bagaimana perilaku individu di masa lalu dapat memengaruhi perilaku di masa depan, seperti dalam hal praktik gizi dan perawatan anak.

Dalam konteks stunting di Indonesia, beberapa faktor utama yang menyebabkan tingginya angka stunting termasuk rendahnya akses terhadap pangan bergizi, kualitas pelayanan kesehatan yang bervariasi, serta masalah ketidaksetaraan sosial dan ekonomi (Yanti, Betriana, and Kartika 2020). Keluarga prasejahtera seringkali menghadapi kesulitan dalam memenuhi kebutuhan gizi anak-anak mereka. Selain itu, tradisi dan norma sosial dalam beberapa budaya di Indonesia juga dapat memengaruhi pola makan dan perawatan anak, mendorong praktik-praktik yang tidak mendukung pertumbuhan yang sehat. Oleh karena itu, penting untuk memahami bagaimana faktor-faktor ini berinteraksi dalam lingkungan sosial yang kompleks dan bagaimana paradigma sosial serta fakta sosial memengaruhi keputusan keluarga terkait gizi anak.

        Untuk mengatasi masalah stunting yang meluas, langkah-langkah yang perlu diambil, termasuk pendidikan gizi yang lebih baik, peningkatan akses terhadap pangan bergizi, perbaikan layanan kesehatan, serta perubahan norma sosial yang mendukung praktik-praktik gizi yang lebih baik (Aryanto 2023). Selain itu, perlu dilakukan upaya untuk mengurangi ketidaksetaraan ekonomi dan meningkatkan kesetaraan akses terhadap layanan kesehatan dan pendidikan gizi. Dalam upaya penanggulangan stunting di Indonesia, tidak hanya diperlukan upaya pemerintah, tetapi juga partisipasi aktif dari masyarakat, organisasi non-pemerintah, dan sektor swasta untuk mencapai perubahan yang signifikan dalam kesejahteraan anak-anak Indonesia dan pembangunan masyarakat yang berkelanjutan.

SIMPULAN

        Stunting merupakan masalah gizi kronis yang melanda anak-anak di Indonesia, adalah suatu kondisi yang memengaruhi pertumbuhan fisik mereka secara kronis. Data dari Badan Pusat Statistik menunjukkan bahwa lebih dari 30% anak di bawah usia lima tahun di Indonesia mengalami stunting. Ini adalah masalah serius yang tidak hanya bersifat statistik, tetapi juga mencerminkan penderitaan nyata anak-anak dan dampak jangka panjang pada kesehatan dan perkembangan mereka. Stunting bukan hanya masalah fisik; dampaknya melibatkan masalah kesehatan kronis, perkembangan kognitif yang terhambat, dan risiko penyakit kronis di masa dewasa.

         Penulisan ini menganalisis peran paradigma sosial dalam masalah stunting, dengan menggunakan paradigma perilaku sosial dan paradigma fakta sosial. Paradigma sosial mempertimbangkan pengaruh norma sosial, nilai budaya, dan tekanan sosial terhadap keputusan keluarga terkait gizi anak, sementara paradigma fakta sosial mengidentifikasi faktor-faktor struktural seperti ketidaksetaraan ekonomi yang memengaruhi distribusi stunting. Pentingnya pemahaman mendalam tentang kompleksitas stunting dalam merancang kebijakan efektif yang mencakup perubahan perilaku individu serta faktor-faktor sosial dan ekonomi yang mendasarinya menjadi sorotan utama dalam usaha penanggulangan stunting di Indonesia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun