Mohon tunggu...
Putri Ardiyanti
Putri Ardiyanti Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa

Mahasiswa baru yang mencoba membiasakan menulis

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Pengaruh Paradigma Sosial terhadap Stunting di Indonesia

26 Oktober 2023   17:06 Diperbarui: 26 Oktober 2023   17:10 229
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Putri Ardiyanti

Pendidikan Sosiologi, Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri Jakarta.

ardiyantiputri8@gmail.com

PENDAHULUAN

        Stunting, atau yang dikenal sebagai kondisi "pendek seumur hidup," adalah masalah gizi kronis yang telah lama menghantui anak-anak di Indonesia. Stunting merujuk pada kondisi di mana anak-anak mengalami pertumbuhan fisik yang terhambat secara kronis, sehingga tinggi badan anak lebih pendek dari yang seharusnya sesuai dengan usianya. Ini bukan hanya masalah statistik, melainkan juga menggambarkan penderitaan nyata anak-anak dan memiliki dampak jangka panjang yang serius pada kesehatan dan perkembangan mereka.

       Data yang dikeluarkan oleh Badan Pusat Statistik (BPS) menggambarkan bahwa stunting masih menjadi permasalahan serius di Indonesia. Angka ini cukup mencengangkan, dengan lebih dari 30% anak di bawah usia lima tahun di negara ini mengalami stunting. Ini menyoroti urgensi mendalam untuk memahami akar permasalahan ini dan mencari solusi yang efektif.

        Stunting bukan sekadar masalah fisik. Dampaknya bersifat jangka panjang, memengaruhi pertumbuhan fisik, kesehatan, dan perkembangan kognitif anak-anak. Anak-anak yang mengalami stunting memiliki risiko lebih tinggi untuk mengalami penyakit kronis seperti diabetes, penyakit jantung, dan masalah kesehatan lainnya di masa dewasa. Dampak ini berpotensi mengganggu produktivitas dan kualitas hidup anak tersebut di kemudian hari.

        Paper ini memiliki signifikansi dalam konteks kesehatan anak di Indonesia. Memahami pengaruh paradigma sosial terhadap stunting adalah langkah penting dalam upaya mengatasi masalah ini. Penelitian ini mencoba menganalisis peran yang dimainkan oleh paradigma sosial dalam pengembangan dan pemahaman stunting.

       Tujuan penulisan ini adalah untuk menjawab pertanyaan kunci, termasuk bagaimana paradigma sosial memengaruhi tingkat stunting di Indonesia. Pertanyaan ini mencakup aspek-aspek seperti bagaimana norma sosial, nilai-nilai budaya, dan tekanan sosial memengaruhi keputusan orang tua terkait gizi anak. Selain itu, penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi faktor perilaku dan fakta sosial yang berkontribusi terhadap stunting. Apa yang memotivasi keluarga untuk memilih pola makan tertentu untuk anak-anak mereka? Apa peran ketidaksetaraan sosial dan ekonomi dalam tingkat stunting yang tidak merata?

       Dengan fokus pada paradigma perilaku sosial dan paradigma fakta sosial, penulisan ini berupaya memahami kompleksitas masalah stunting dengan lebih mendalam. Hal ini diperlukan untuk merancang solusi yang efektif dan berkelanjutan melalui penulisan ini berusaha menjawab pertanyaan-pertanyaan ini dengan merujuk pada teori-teori relevan. Diharapkan bahwa dari penulisanan ini akan memberikan pandangan yang lebih komprehensif tentang stunting di Indonesia dan berpotensi membantu dalam merancang kebijakan yang lebih efektif dalam upaya penanggulangan masalah ini.    

A.Definisi Stunting

        Stunting adalah suatu kondisi gizi yang ditandai oleh pertumbuhan anak-anak yang terhambat secara kronis sehingga tinggi badan anak lebih pendek dari tinggi yang seharusnya sesuai dengan usianya. Stunting adalah kondisi ketika balita memiliki panjang atau tinggi badan yang kurang jika dibandingkan dengan umurnya  (Sasmita 2021). Dalam prakteknya, stunting biasanya diukur dan didiagnosis melalui penggunaan indeks tinggi badan untuk usia (HT/A). Anak dianggap mengalami stunting jika nilai indeks ini berada di bawah batas tertentu, yang sering kali dinyatakan dalam bentuk standar deviasi dari median tinggi badan anak sehat pada usia yang sama (Pujiati W. 2021).

        Definisi stunting ini mencerminkan keterlambatan pertumbuhan fisik anak yang telah terjadi selama jangka waktu yang panjang. Anak-anak yang mengalami stunting umumnya memiliki tinggi badan yang jauh lebih rendah dari rekan-rekan sebaya mereka. Dalam hal ini, tinggi badan menjadi indikator utama dalam menentukan stunting, yang mana berdampak langsung pada pengembangan fisik dan kesehatan anak (Noviana and Ekawati 2019).

        Stunting bukan hanya sekadar masalah statistik, tetapi juga mencerminkan penderitaan nyata anak-anak. Anak-anak yang mengalami stunting seringkali menghadapi risiko kesehatan yang lebih tinggi, seperti rentan terhadap infeksi dan penyakit, serta risiko perkembangan fisik dan mental yang terhambat (Martony 2023). Selain itu, stunting dapat mempengaruhi kualitas hidup anak sepanjang masa, yang mencakup pengaruh negatif pada prestasi pendidikan, produktivitas, dan kehidupan sosial mereka saat dewasa.

        Masalah stunting tidak hanya terkait dengan aspek kesehatan individu, tetapi juga memiliki dampak pada tingkat masyarakat dan ekonomi yang lebih luas. Hal ini karena stunting dapat mengganggu produktivitas dan kontribusi ekonomi di masa depan, serta berdampak pada tingkat kemiskinan dan ketidaksetaraan sosial.

        Oleh karena itu, pemahaman mendalam tentang stunting adalah sangat penting dalam upaya penanggulangan masalah gizi ini. Melalui pemahaman yang lebih mendalam tentang faktor-faktor yang menyebabkan stunting dan pengaruh paradigma sosial, penanganan dan pencegahan stunting dapat menjadi lebih efektif dan berkelanjutan.

B. Dampak Stunting

        Stunting memiliki dampak yang signifikan dan berjangka panjang pada individu dan masyarakat ( et al. 2018). Berikut adalah beberapa dampak stunting yang perlu diperhatikan:

1.      Dampak pada Kesehatan Fisik: Anak-anak yang mengalami stunting memiliki risiko lebih tinggi untuk menderita berbagai penyakit kronis di kemudian hari, seperti diabetes dan penyakit jantung (Kurniati, Djuwita, and Istiqfani 2022). Stunting juga dapat mempengaruhi sistem imun, membuat anak lebih rentan terhadap infeksi.

2.      Dampak pada Perkembangan Kognitif: Stunting dapat mengganggu perkembangan otak dan kognitif anak. Hal ini dapat berdampak pada kemampuan belajar anak dan prestasi akademiknya di masa depan (Mulyana, Hidayat, and Hidayanti 2021).

3.      Dampak Ekonomi dan Produktivitas: Dampak stunting tidak hanya dirasakan oleh individu, tetapi juga oleh masyarakat dan negara secara keseluruhan. Penurunan produktivitas akibat stunting dapat mempengaruhi pertumbuhan ekonomi suatu negara (Wardani, Wulandari, and Suharmanto 2020).

4.      Dampak Psikososial: Stunting juga dapat berdampak pada perkembangan emosional dan sosial anak. Anak-anak yang mengalami stunting mungkin akan mengalami kesulitan dalam berinteraksi dengan lingkungan sekitarnya (Rahmidini 2020).

C.  Hubungan dengan Paradigma Fakta Sosial

      Paradigma fakta sosial, seperti yang diungkapkan oleh Emile Durkheim, menekankan bahwa sosiologi harus berdiri sendiri sebagai ilmu yang independen, terlepas dari filsafat, dan harus berfokus pada fakta sosial yang dapat diamati dan dianalisis sebagai objek kajian yang nyata. Paradigma fakta sosial membagi fakta sosial menjadi dua kategori fakta sosial materi yang dapat diamati secara fisik, seperti hukum, dan fakta sosial non materi yang berasal dari kesadaran manusia, seperti moralitas. Paradigma ini juga mencakup teori-teori yang memeriksa struktur sosial dan institusi sosial dalam masyarakat.

     Dalam konteks stunting, paradigma fakta sosial dapat digunakan untuk memahami bagaimana faktor-faktor sosial dan struktural, seperti ekonomi, akses terhadap pangan, dan ketidaksetaraan dalam layanan kesehatan, memengaruhi prevalensi dan distribusi stunting (Hidayah, Xaverius, and Sadewo 2018). Paradigma ini mengacu pada realitas sosial yang ada di masyarakat dan bagaimana realitas ini memengaruhi kondisi stunting. Data ekonomi, data demografis, dan data survei gizi anak dapat digunakan untuk menganalisis perbedaan dalam tingkat stunting dan mengidentifikasi faktor-faktor fakta sosial yang berkaitan.

D.  Hubungan dengan Paradigma Perilaku Sosial

        Paradigma perilaku sosial, seperti yang dijelaskan dalam uraian sebelumnya, memfokuskan perhatian pada tindakan individu, interaksi sosial, dan bagaimana perilaku individu dipengaruhi oleh lingkungannya. Paradigma ini menyoroti hubungan antara individu dan lingkungannya dalam membentuk perilaku sosial. Dalam konteks stunting, paradigma perilaku sosial memainkan peran penting dalam menjelaskan bagaimana norma sosial, nilai-nilai budaya, dan tekanan sosial dapat memengaruhi keputusan dan tindakan keluarga terkait dengan pola makan, pendidikan gizi, dan perawatan anak (Sofianita, Meiyetriani, and 3 2017).

        Paradigma ini mempertimbangkan bagaimana tindakan individu dalam masyarakat dapat mempengaruhi dan mengubah struktur sosial dan institusi sosial yang ada. Ini mencakup pemahaman tentang bagaimana perilaku individu di masa lalu dapat memengaruhi perilaku di masa depan, seperti dalam hal praktik gizi dan perawatan anak.

Dalam konteks stunting di Indonesia, beberapa faktor utama yang menyebabkan tingginya angka stunting termasuk rendahnya akses terhadap pangan bergizi, kualitas pelayanan kesehatan yang bervariasi, serta masalah ketidaksetaraan sosial dan ekonomi (Yanti, Betriana, and Kartika 2020). Keluarga prasejahtera seringkali menghadapi kesulitan dalam memenuhi kebutuhan gizi anak-anak mereka. Selain itu, tradisi dan norma sosial dalam beberapa budaya di Indonesia juga dapat memengaruhi pola makan dan perawatan anak, mendorong praktik-praktik yang tidak mendukung pertumbuhan yang sehat. Oleh karena itu, penting untuk memahami bagaimana faktor-faktor ini berinteraksi dalam lingkungan sosial yang kompleks dan bagaimana paradigma sosial serta fakta sosial memengaruhi keputusan keluarga terkait gizi anak.

        Untuk mengatasi masalah stunting yang meluas, langkah-langkah yang perlu diambil, termasuk pendidikan gizi yang lebih baik, peningkatan akses terhadap pangan bergizi, perbaikan layanan kesehatan, serta perubahan norma sosial yang mendukung praktik-praktik gizi yang lebih baik (Aryanto 2023). Selain itu, perlu dilakukan upaya untuk mengurangi ketidaksetaraan ekonomi dan meningkatkan kesetaraan akses terhadap layanan kesehatan dan pendidikan gizi. Dalam upaya penanggulangan stunting di Indonesia, tidak hanya diperlukan upaya pemerintah, tetapi juga partisipasi aktif dari masyarakat, organisasi non-pemerintah, dan sektor swasta untuk mencapai perubahan yang signifikan dalam kesejahteraan anak-anak Indonesia dan pembangunan masyarakat yang berkelanjutan.

SIMPULAN

        Stunting merupakan masalah gizi kronis yang melanda anak-anak di Indonesia, adalah suatu kondisi yang memengaruhi pertumbuhan fisik mereka secara kronis. Data dari Badan Pusat Statistik menunjukkan bahwa lebih dari 30% anak di bawah usia lima tahun di Indonesia mengalami stunting. Ini adalah masalah serius yang tidak hanya bersifat statistik, tetapi juga mencerminkan penderitaan nyata anak-anak dan dampak jangka panjang pada kesehatan dan perkembangan mereka. Stunting bukan hanya masalah fisik; dampaknya melibatkan masalah kesehatan kronis, perkembangan kognitif yang terhambat, dan risiko penyakit kronis di masa dewasa.

         Penulisan ini menganalisis peran paradigma sosial dalam masalah stunting, dengan menggunakan paradigma perilaku sosial dan paradigma fakta sosial. Paradigma sosial mempertimbangkan pengaruh norma sosial, nilai budaya, dan tekanan sosial terhadap keputusan keluarga terkait gizi anak, sementara paradigma fakta sosial mengidentifikasi faktor-faktor struktural seperti ketidaksetaraan ekonomi yang memengaruhi distribusi stunting. Pentingnya pemahaman mendalam tentang kompleksitas stunting dalam merancang kebijakan efektif yang mencakup perubahan perilaku individu serta faktor-faktor sosial dan ekonomi yang mendasarinya menjadi sorotan utama dalam usaha penanggulangan stunting di Indonesia.

DAFTAR PUSTAKA

Aryanto, Edi. 2023. "Economics and Digital Business Review Peran Kapital Sosial Dalam Percepatan Penurunan Stunting Di Kabupaten Agam" 4 (2): 237--52.

Hidayah, Delia Intan, Fransiscus Xaverius, and Sri Sadewo. 2018. "Konstruksi Masyarakat Tentang Stunting Di Kecamatan Sumberasih Kabupaten Probolinggo." Aspirasi: Jurnal Masalah-Masalah Sosial 9 (1): 17--33.

Kurniati, Henny, Ratna Djuwita, and Maulidya Istiqfani. 2022. "Tinjauan Literatur: Stunting Saat Balita Sebagai Salah Satu Faktor Risiko Penyakit Tidak Menular Di Masa Depan" 6 (2): 59--68.

Martony, Oslida. 2023. "STUNTING DI INDONESIA: TANTANGAN DAN SOLUSI DI ERA MODERN." Journal Pf Telenursing (JOTING) 5: 31--41.

Mulyana, Hilman, Fitriani Mardiana Hidayat, and Risda Hidayanti. 2021. "Dampak Stunting Terhadap Kecerdasan Intelektual Intellegence Quotient) Children Of Basic School Age: A Literature Review." Jurnal Kesehatan Indra Husada 9 (1): 102--10.

Noviana, Ulva, and Heni Ekawati. 2019. "Analisis Faktor Berat Badan Lahir, Status Ekonomi Sosial, Tinggi Badan Ibu Dan Pola Asuh Makan Dengan Kejadian Stunting." Prosiding Seminar Nasional 1 (1): 31--45.

Pujiati W., Nirnasari M., Rozalita. 2021. "Pola Pemberian Makan Dengan Kejadian Stunting Anak Umur 1--36 Bulan." Pola Pemberian Makan Dengan Kejadian Stunting Pada Anak Umur 1--36 Bulan  4 (1): 1. jurnal.umsb.ac.id/index.php/menaramedika/article/view/2803/2191.

Ria Muji Rahayu, Eti Poncorini Pamungkasari, and CSP Wekadigunawan. 2018. "The Biopsychosocial Determinants of Stunting and Wasting in Children Aged 12-48 Months." Journal of Maternal and Child Health 03 (02): 105--18. https://doi.org/10.26911/thejmch.2018.03.02.03.

Rahmidini, A. 2020. "Hubungan Stunting Dengan Perkembangan Motorik Dan Kognitif Anak." Seminar Nasional Kesehatan 2 (1): 90--104. http://www.ejurnal.stikesrespati-tsm.ac.id/index.php/semnas/article/download/272/192.

Sasmita, Linita Caesar. 2021. "Prevention of Childhood Stunting Problems With the Mayang--Wati Program." Jurnal Layanan Masyarakat (Journal of Public Services) 5 (1): 140. https://doi.org/10.20473/jlm.v5i1.2021.140-150.

Sofianita, Nur Intania, Eflita Meiyetriani, and irlia Ayu Arini 3. 2017. "Intervensi Pendidikan Gizi Seimbang Terhadap Pengetahuan ,."

Tauhidah, Nor Isna. 2020. "Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Stunting Pada Balita Di Wilayah Kerja Puskesmas Tatah Makmur Kabupaten Banjar." Journal of Midwifery and Reproduction 4 (1): 13. https://doi.org/10.35747/jmr.v4i1.559.

Wardani, Dyah Wulan Sumekar Rengganis, Marita Wulandari, and Suharmanto Suharmanto. 2020. "Hubungan Faktor Sosial Ekonomi Dan Ketahanan Pangan Terhadap Kejadian Stunting Pada Balita." Jurnal Kesehatan 11 (2): 287. https://doi.org/10.26630/jk.v11i2.2230.

Yanti, Nova Dwi, Feni Betriana, and Imelda Rahmayunia Kartika. 2020. "Faktor Penyebab Stunting Pada Anak: Tinjauan Literatur." REAL in Nursing Journal 3 (1): 1. https://doi.org/10.32883/rnj.v3i1.447.

 

      

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun