Mohon tunggu...
Putri Ardiyanti
Putri Ardiyanti Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa

Mahasiswa baru yang mencoba membiasakan menulis

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Pengaruh Paradigma Sosial terhadap Stunting di Indonesia

26 Oktober 2023   17:06 Diperbarui: 26 Oktober 2023   17:10 229
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

        Stunting adalah suatu kondisi gizi yang ditandai oleh pertumbuhan anak-anak yang terhambat secara kronis sehingga tinggi badan anak lebih pendek dari tinggi yang seharusnya sesuai dengan usianya. Stunting adalah kondisi ketika balita memiliki panjang atau tinggi badan yang kurang jika dibandingkan dengan umurnya  (Sasmita 2021). Dalam prakteknya, stunting biasanya diukur dan didiagnosis melalui penggunaan indeks tinggi badan untuk usia (HT/A). Anak dianggap mengalami stunting jika nilai indeks ini berada di bawah batas tertentu, yang sering kali dinyatakan dalam bentuk standar deviasi dari median tinggi badan anak sehat pada usia yang sama (Pujiati W. 2021).

        Definisi stunting ini mencerminkan keterlambatan pertumbuhan fisik anak yang telah terjadi selama jangka waktu yang panjang. Anak-anak yang mengalami stunting umumnya memiliki tinggi badan yang jauh lebih rendah dari rekan-rekan sebaya mereka. Dalam hal ini, tinggi badan menjadi indikator utama dalam menentukan stunting, yang mana berdampak langsung pada pengembangan fisik dan kesehatan anak (Noviana and Ekawati 2019).

        Stunting bukan hanya sekadar masalah statistik, tetapi juga mencerminkan penderitaan nyata anak-anak. Anak-anak yang mengalami stunting seringkali menghadapi risiko kesehatan yang lebih tinggi, seperti rentan terhadap infeksi dan penyakit, serta risiko perkembangan fisik dan mental yang terhambat (Martony 2023). Selain itu, stunting dapat mempengaruhi kualitas hidup anak sepanjang masa, yang mencakup pengaruh negatif pada prestasi pendidikan, produktivitas, dan kehidupan sosial mereka saat dewasa.

        Masalah stunting tidak hanya terkait dengan aspek kesehatan individu, tetapi juga memiliki dampak pada tingkat masyarakat dan ekonomi yang lebih luas. Hal ini karena stunting dapat mengganggu produktivitas dan kontribusi ekonomi di masa depan, serta berdampak pada tingkat kemiskinan dan ketidaksetaraan sosial.

        Oleh karena itu, pemahaman mendalam tentang stunting adalah sangat penting dalam upaya penanggulangan masalah gizi ini. Melalui pemahaman yang lebih mendalam tentang faktor-faktor yang menyebabkan stunting dan pengaruh paradigma sosial, penanganan dan pencegahan stunting dapat menjadi lebih efektif dan berkelanjutan.

B. Dampak Stunting

        Stunting memiliki dampak yang signifikan dan berjangka panjang pada individu dan masyarakat ( et al. 2018). Berikut adalah beberapa dampak stunting yang perlu diperhatikan:

1.      Dampak pada Kesehatan Fisik: Anak-anak yang mengalami stunting memiliki risiko lebih tinggi untuk menderita berbagai penyakit kronis di kemudian hari, seperti diabetes dan penyakit jantung (Kurniati, Djuwita, and Istiqfani 2022). Stunting juga dapat mempengaruhi sistem imun, membuat anak lebih rentan terhadap infeksi.

2.      Dampak pada Perkembangan Kognitif: Stunting dapat mengganggu perkembangan otak dan kognitif anak. Hal ini dapat berdampak pada kemampuan belajar anak dan prestasi akademiknya di masa depan (Mulyana, Hidayat, and Hidayanti 2021).

3.      Dampak Ekonomi dan Produktivitas: Dampak stunting tidak hanya dirasakan oleh individu, tetapi juga oleh masyarakat dan negara secara keseluruhan. Penurunan produktivitas akibat stunting dapat mempengaruhi pertumbuhan ekonomi suatu negara (Wardani, Wulandari, and Suharmanto 2020).

4.      Dampak Psikososial: Stunting juga dapat berdampak pada perkembangan emosional dan sosial anak. Anak-anak yang mengalami stunting mungkin akan mengalami kesulitan dalam berinteraksi dengan lingkungan sekitarnya (Rahmidini 2020).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun