Setelah perkenalan singkat dengan Mira di asrama, Yama semakin tertarik pada dunia fashion. Ia teringat pada saat membayangkan dirinya mengenakan desain baju rancangan seniornya, Mira. Tanpa ragu, Yama memutuskan untuk mencari tahu lebih lanjut tentang kegiatan ekstrakurikuler di sekolahnya. Ternyata, ada klub model yang cukup aktif dan memiliki reputasi yang baik. Dengan semangat yang membara, Yama mendaftar menjadi anggota klub model.Â
Awalnya, ia merasa agak canggung berada di antara teman-teman seklub yang sudah berpengalaman berjalan di atas catwalk. Namun, dengan bimbingan para senior dan semangat yang tinggi, Yama berusaha untuk terus belajar dan berlatih.Pelatihan di klub model tidak hanya melatih Yama untuk berjalan dengan percaya diri, tetapi juga mengajarkannya tentang pentingnya menjaga penampilan, berpose, dan berkomunikasi dengan baik. Yama merasa sangat menikmati setiap sesi latihan. Ia belajar banyak hal tentang dunia modeling, mulai dari sejarah fashion hingga tren terkini.Â
Semangat Yama membuncah saat ia resmi menjadi anggota klub model. Setiap sesi latihan, ia menyerap semua ilmu  yang  diberikan dengan antusias. Namun, kegembiraannya harus diimbangi dengan kenyataan bahwa ia memiliki beasiswa yang mengharuskannya menjaga nilai akademik. Awalnya, Yama merasa kesulitan untuk membagi waktu antara latihan modeling, mengerjakan tugas sekolah, dan belajar untuk ujian. Jadwalnya menjadi sangat padat, dan ia sering merasa kelelahan. Terkadang, ia merasa ingin menyerah saja. Namun, dengan dukungan dari teman-teman, keluarga, dan terutama Mira, Yama terus berusaha untuk memberikan yang terbaik.
Mira, yang juga pernah mengalami hal serupa, memberikan beberapa tips kepada Yama. "Jangan lupakan prioritas utamamu, yaitu belajar. Modeling bisa menjadi hobi yang menyenangkan, tapi jangan sampai mengorbankan masa depanmu," kata Mira. Yama mulai mengatur jadwalnya dengan lebih baik.Â
Yama duduk di perpustakaan, dikelilingi oleh tumpukan buku. Matanya terasa berat, namun ia tetap berusaha fokus pada materi pelajaran. Ia ingat pesan Mira, 'Jangan pernah menyerah pada mimpimu.' Dengan semangat baru, Yama melanjutkan studinya. Beberapa minggu kemudian, hasil ujiannya keluar. Yama sangat senang karena nilainya sangat bagus. Ia berhasil membuktikan bahwa ia bisa menyeimbangkan kedua dunianya. Â
Suatu hari, klub model mendapatkan kesempatan untuk mengikuti lomba fashion show tingkat kota. Yama merasa sangat senang dan bersemangat. Ia ingin menunjukkan kemampuan terbaiknya di atas panggung. Â Namun, syarat tanda tangan kedua orang tua menjadi ganjalan. Yama ragu apakah orang tuanya akan mengizinkan, mengingat mereka selalu mendorongnya untuk fokus pada pendidikan.Â
Beberapa minggu kemudian, Akhirnya, Yama pulang ke rumah untuk mengunjungi orang tuanya. Pada saat makan malam, ia memberanikan diri untuk kembali membuka percakapan tentang sekolah dan mimpinya.
"Bu, sebenarnya aku ingin sekali mencoba mengikuti audisi modeling. Aku sudah mendapatkan informasi tentang agensi modeling yang terpercaya dari sekolahku," ujar Yama dengan suara pelan. Meski begitu, ia tetap menjaga prestasi akademiknya. Ibunya menatap Yama dengan tatapan yang sulit diartikan. 'Nak, kamu sudah besar. Ibu percaya kamu bisa membuat keputusan yang terbaik untuk dirimu sendiri. Tapi, ibu hanya ingin kamu ingat, dunia modeling itu tidak semudah yang kamu bayangkan.' Meski begitu, sang ibu tetap menyarankan agar Yama melanjutkan pendidikan di bidang kedokteran hewan. Yama mengangguk mengerti, hatinya bercampur aduk antara harapan dan kecemasan.
Setelah menyampaikan keinginannya untuk mengikuti audisi modeling, Yama dihantui keraguan. Bayangan penolakan dari ibunya membuatnya galau.Â
"Bagaimana caranya aku meyakinkan Ibu?" gumamnya dalam hati.Â
Dihantui oleh rasa ragu, Yama mencari nasihat dari Kakak kelasnya, Mira. Setelah mengumpulkan keberangan, ia mencoba menjelaskan betapa pentingnya lomba ini bagi masa depannya, matanya berkaca-kaca. Namun, kekhawatiran ibunya akan dampak modeling terhadap prestasi akademiknya membuatnya ragu. Dalam hati, Yama bertanya-tanya, 'Apakah mimpi dan impian orang tuaku bisa berjalan beriringan?'. Dengan hati berdebar, Yama akhirnya berhasil meyakinkan kedua orang tuanya untuk memberikan izin mengikuti lomba setelah ia menunjukkan hasil ujiannya yang memuaskan. Keberhasilannya ini membuatnya merasa sangat lega dan bersemangat, sekaligus menyadari bahwa dengan komunikasi yang baik, segala masalah pasti bisa teratasi.