Mohon tunggu...
Putri Rizky Melinda
Putri Rizky Melinda Mohon Tunggu... Administrasi - Blogger l Admin Gudang Intern I Marketing Communication Intern l Staff Admin Intern

Menyajikan secangkir goresan karya hangat untuk menemani harimu.☕✨

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Cerpen : Bunga Sakura di Balik Catwalk

11 November 2024   15:54 Diperbarui: 11 November 2024   16:03 63
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: https://id.pinterest.com/

Di  balik senyumnya, Yama menyimpan sebuah rahasia kecil. Di sela-sela waktu belajarnya, ia masih menyempatkan diri  menjelajahi dunia mode. Setelah makan malam, Yama seringkali asyik membaca majalah mode atau mengikuti akun-akun model favoritnya di media sosial  . 

Pulang sekolah, Yama selalu meluangkan waktu untuk belajar di ruang belajar keluarga. "Nak, kamu mau jadi dokter apa nanti?" tanya ibunya sambil membawa cemilan. "Aku ingin jadi dokter hewan, Bu," jawab Yama. "Bagus sekali! Kamu memang penyayang hewan," puji ibunya. Yama tersenyum tipis.

Dalam hati, ia bertekad untuk mengejar mimpinya menjadi model. Ia akan mencari waktu yang tepat untuk mewujudkan impiannya itu tanpa mengecewakan keluarganya. "Aku pasti bisa," gumamnya penuh semangat. "Aku akan membuktikan pada diri sendiri dan keluarga bahwa aku mampu meraih semua yang kuinginkan."

Tibalah hal yang menebarkan baginya, acara kelulusan SMP. Yama meraih nilai Ujian Nasional tertinggi dan mendapatkan beasiswa ke SMA Negeri favorit di daerahnya. Keluarga Yama begitu prestasinya. Sesuai tradisi keluarga, setiap anak yang memasuki SMA harus belajar mandiri. Mendengar itu, mata Yama  berbinar penuh semangat. 

"Akhirnya aku bebas menentukan pilihanku sendiri," gumamnya dalam hati.

Setelah merayakan kelulusan, Yama mulai merapikan kamarnya. Poster-poster model kesayangannya dan pernak-pernik dunia modeling perlahan-lahan ia singkirkan. Setiap benda yang disingkirkan seolah membawa serta mimpi-mimpinya. Ia tertidur dengan perasaan campur aduk. Dalam mimpinya, ia melihat orang tuanya menatapnya dengan kecewa saat ia berjalan di atas catwalk, sorot mata mereka begitu dingin. Mimpi buruk itu membuatnya terbangun ketakutan, keringat dingin membasahi tubuhnya. Yama menyadari, konflik batinnya semakin mengakar. Ia terjebak di antara keinginan untuk mengejar mimpinya menjadi model dan rasa takut mengecewakan orang tuanya.

Apa yang akan mereka pikirkan jika tahu aku ingin menjadi model? Apakah mereka akan malu padaku? 

Ditengah kegelisahan yang terus melanda pikiran Yama, hingga ia tidak mengetahui kehadiran ibunya. "Kamu kenapa sayang?" tanya sang ibu lembut, tangannya mengelus lembut rambut coklat Yama. Yama tersenyum tipis, senyum khasnya yang seringkali menyembunyikan banyak hal. "Ibu, tahu nggak teman kelas ku yang ayah ibunya pengusaha? Dia mau ngambil sekolah desain terus dibolehin sama orang tuanya," ujarnya pelan. Ibunya hanya menanggapi singkat, "Terus kenapa kalau temanmu sekolah desain?" Yama menggeleng, "Tidak, aku hanya memberitahu saja." Tak lama kemudian, ibunya mengalihkan topik, "Okay baik, kamu siap-siap. Nanti sore kamu harus berangkat ke asrama seorang diri."

Setelah percakapan singkat dengan ibunya, Yama kembali termenung. Kata-kata ibunya tentang teman sekelasnya yang mendapat dukungan penuh untuk mengejar minat di bidang desain kembali menghantui pikirannya. Ia merasa semakin tertekan dan bingung. Ternyata, cerita tentang teman sekelas yang mendapat dukungan penuh dari orang tuanya untuk sekolah desain hanyalah imajinasi Yama. Ia menciptakan cerita itu sebagai bentuk harapan bahwa orang tuanya akan lebih terbuka terhadap mimpinya. Namun, kebohongan kecil ini justru semakin memperumit masalahnya. Yama merasa bersalah dan semakin tertekan karena merasa telah membohongi ibunya.

Sore harinya, Yama bersiap-siap untuk berangkat ke asrama. Selama perjalanan menuju asrama, Yama terus memikirkan masa depannya. Ia membayangkan bagaimana hidupnya  jika ia memutuskan  mengejar mimpinya menjadi seorang model. Bagaimana tanggapan keluarganya nanti?

Pintu asrama terbuka lebar, membiarkan semilir angin sore menerpa wajah Yama. Cahaya redup dari lampu lorong membimbing langkahnya menuju kamar. Matanya terbelalak saat melihat sosok seorang gadis tengah asyik menggoreskan pensil warna di atas kertas putih. Desain-desain baju yang ia buat begitu indah, garis-garisnya mengalir lembut, warna-warni yang dipilih begitu serasi. Yama terpesona. Ia membayangkan dirinya mengenakan salah satu gaun rancangan gadis itu, berjalan anggun di atas catwalk. Seketika, rasa gugupnya sirna. "Hello, namaku Mira," sapa gadis itu ramah, sambil mengulurkan tangannya yang penuh coretan pensil warna. Yama membalas uluran tangan itu dengan canggung. Senyuman manis Mira membuatnya merasa nyaman. "Kamu angkatan baru ya?" tanya Mira, matanya berbinar. Yama mengangguk antusias. Mereka pun terlibat dalam percakapan singkat. Mira bercerita tentang inspirasinya dalam mendesain, mulai dari film-film klasik hingga majalah fashion ternama. Yama mendengarkan dengan penuh perhatian. Ia merasa menemukan teman baru yang memiliki minat yang sama.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun