Mohon tunggu...
Putra Surya Setiawansyah
Putra Surya Setiawansyah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Putra Surya Setiawansyah,Karyawan swasta/Mahasiswa Program Studi Jurnalistik, Fakultas Dakwah Dan Ilmu Komunikasi,Semester 3, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Membaca, menulis,menghargai perasaan orang lain

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Akhlak Tasawuf

17 November 2022   21:02 Diperbarui: 17 November 2022   21:14 571
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Menurutnya, tidak haram jika seseorang menikmati kesenangan dunia, asalkan tetap berpegang teguh kepada Al-Qur’an dan Assunnah.

 

4. Al-Ghazali (450–505 Hijriah) Al-Ghazali memiliki nama lengkap Muhammad ibn Muhammad ibn Muhammad ibn Ahmad al-Thusi. Beliau lahir di kota Khurasan, Iran pada tahun 450 Hijriyah. Al-Ghazali juga berupaya mengembalikan ajaran tasawuf yang sesuai syariat agama dan bersih dari aliran-aliran asing yang menyesatkan islam, dengan berpedoman pada Al-Quran dan As- sunnah (Ajaran Rasulullah Saw). Tasawuf Al-Ghazali lebih kepada penekanan pendidikan moral, dimana seseorang dianjurkan memperdalam ilmu aqidah dan syariat terlebih dahulu sebelum mempelajari ketasawufan.

 

Pentingnya Pendidikan Karakter

 

Secara Jika bangsa Cina maju sebagai hasil pendidikan karakter, lalu apa bedanya orang komunis yang berkarakter dengan orang Muslim yang berkarakter? Orang komunis, atau ateis, dapat saja menjadi pribadi yang jujur, pekerja keras, berani, bertanggung jawab, mencintai kebersihan, dan sebagainya, kabarnya, di Jepang, jika ketinggalan barang di taksi hampir pasti akan kembali. 

Di Cina, masyarakat ditanamkan disiplin yang sangat tinggi dalam soal sampah. Di jalan-jalan sulit ditemukan sampah. Bahkan, sampah selembar daun pun dapat mereka manfaatkan untuk bahan bakar. Artinya, karakter yang bagus dapat dibentuk pada setiap manusia, tanpa memandang agamanya. Jika orang non-Muslim dapat berkarakter, orang muslim juga dapat seperti itu Lalu, dimana perbedaan antara Muslim dan non-Muslim yang berkarakter?

 Bagi muslim, dia dapat juga dan bahkan harus berkarakter mulia. Tetapi, bagi muslim, berkarakter saja tidaklah cukup. Beda antara muslim dengan non-muslim –meskipun sama-sama berkarater- adalah pada konsep adab. Yang diperlukan oleh kaum muslim Indonesia bukan hanya menjadi seorang yang berkarakter, tetapi harus menjadi seorang yang berkarakter dan beradab.[11]

 

Istilah adab juga merupakan salah satu istilah yang terdapat dalam pendidikan akhlak sebagai landasan dasar dalam Islam. Para ulama telah banyak membahas makna adab dalam pandangan Islam. Istilah adab dapat ditemukan dalam sejumlah hadits Nabi saw.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
  15. 15
  16. 16
  17. 17
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun