Jika ketegangan geopolitik ini terus berlanjut dan tidak menemukan jalan tengah yang jelas, maka hal ini akan berdampak jangka panjang dan signifikan terhadap perekonomian global dan kemerosotan ekonomi global akan terus berlanjut. Ketidakstabilan ini juga akan mempengaruhi aktivitas investasi dan konsumsi dunia usaha, menyebabkan pertumbuhan ekonomi global melambat dan ketegangan geopolitik akan memaksa negara-negara untuk mencari aliansi dan pasar alternatif yang dapat mengubah peta ekonomi global.
Ketegangan geopolitik yang menyebabkan resesi ekonomi yang berkelanjutan sehingga berdampak pada berbagai negara, termasuk Indonesia. Dampak ini berimplikasi pada Indonesia dalam dinamika perekonomian dan politik global, termasuk berbagai aspek yang berkontribusi terhadap cara negara menghadapi dan merespons tantangan-tantangan tersebut.
Faktanya, Indonesia sudah merasakan dampak resesi ekonomi global ketika COVID-19 melanda, yang pada saat itu terjadi PHK massal yang menyebabkan angka pengangguran meroket. Oleh karena itu, jika resesi ekonomi global terus berlanjut, Indonesia tentu siap menghadapinya.
Dalam hal ini, Presiden Joko Widodo juga selalu menekankan dan selalu mengingatkan pejabat pemerintah terkait bahwa Indonesia harus bersiap dalam segala hal untuk menghadapi situasi yang tidak pasti. Dia selalu menekankan hal ini berulang kali.
Kemudian, sebagaimana diberitakan oleh surat kabar DetikNews tentang "Situasi RI yang Tetap Stabil Kala Geopolitik Global Kurang Baik", dalam berita tersebut Menteri Koordinator Perekonomian Airlangga Hartanto menyinggung situasi perekonomian global saat ini dengan mengatakan bahwa "Dunia saat ini tidak berjalan dengan baik, laju pertumbuhan perekonomian global akan terus menurun". Dapat disimpulkan bahwa Indonesia harus siap menghadapi tantangan tersebut agar perekonomian Indonesia tetap stabil.
Untuk menghadapi tantangan dan ketidakpastian yang muncul seiring dengan munculnya ketegangan geopolitik dan menyebabkan perlambatan ekonomi yang berkepanjangan serta kondisi global yang tidak menentu, maka peran pemerintah dalam hal ini sangat diperlukan agar perekonomian Indonesia dapat menjaga stabilitas perekonomian melalui pendekatan teoritik untuk mengatasi tantangan.
Menyikapi dan merancang kebijakan serta intervensi pemerintah yang efektif dan responsif untuk mengatasi resesi melalui penerapan teori ekonomi memerlukan strategi yang komprehensif dan terkoordinasi. Salah satu pendekatan teori ekonomi utama untuk mengatasi resesi ekonomi global saat ini adalah teori Keynesian. Sebab dalam kondisi yang tidak stabil saat ini, yang ditandai dengan krisis pangan dan krisis energi, masyarakat akan lebih memilih untuk berhemat dibandingkan mengkonsumsi produk-produk yang tidak penting, sehingga akan mengganggu stabilitas perekonomian ketika konsumsi masyarakat menurun.
Dalam hal ini, teori Keynesian akan fokus pada kebijakan fiskal ekspansif dan menekankan pentingnya peran pemerintah dalam merangsang permintaan agregat selama resesi. Teori Keynesian mengemukakan bahwa permintaan agregat harus ditekankan karena penting dalam menentukan tingkat produksi dan lapangan kerja dalam perekonomian. Oleh karena itu, pemerintah harus memainkan perannya secara optimal melalui kebijakan fiskal yang ekspansif dengan banyak instrumen dan peningkatan belanja masyarakat.
Dalam hal ini, intervensi pemerintah dapat mencakup peluncuran proyek infrastruktur besar yang akan menciptakan jutaan lapangan kerja, selain meningkatkan pendapatan rumah tangga dan merangsang konsumsi. Intervensi pemerintah juga harus ditekankan dalam hal insentif pajak. Memang, selain mendorong konsumsi masyarakat, juga mendorong investasi dunia usaha, karena bagi individu dan dunia usaha, pemerintah dapat meningkatkan pendapatan yang dapat dibelanjakan dan menstimulasi belanja konsumen dan Investasi Dunia Usaha. Selain itu, pemerintah juga harus fokus pada subsidi dengan meningkatkan subsidi untuk mendorong perekonomian dan meningkatkan daya beli masyarakat.
Dalam teori Keynesian dalam bukunya "The General Theory of Employment, Interest and Money" (1936), Keynes menjelaskan pentingnya menekankan "animal spirit", atau dapat dianggap sebagai psikologi pasar karena mempunyai pengaruh yang menentukan terhadap tingkat investasi dan konsumsi. Kondisi yang tidak menentu saat ini akibat ketegangan geopolitik dapat melemahkan kepercayaan dunia usaha dan konsumen. Oleh karena itu, intervensi pemerintah penting dalam mengelola ekspektasi dengan memberikan informasi yang jelas dan kebijakan yang konsisten, karena hal ini akan memengaruhi keputusan ekonomi individu dan bisnis, seperti optimisme, kepercayaan diri, dan ekspektasi masa depan.