Mohon tunggu...
Putra Rully Dwi Pratama
Putra Rully Dwi Pratama Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Universitas Negeri Semarang

Mahasiswa Universitas Negeri Semarang yang sedang menempuh di jurusan Pendidikan Ekonomi S1 dan memiliki hobi membaca, dan bersepeda

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Teori Keynesian dan Teori Aglomerasi Ekonomi Sebagai Pendekatan Efektif Untuk Resesi Ekonomi Global yang Dipicu Ketegangan Geopolitik

14 Juni 2024   23:35 Diperbarui: 15 Juni 2024   00:26 193
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Teman-teman yang kuliah di bidang ekonomi pasti sering mendengar kata resesi bahkan sudah tidak asing lagi ditelinga. Tapi apa itu resesi? Dilihat dari sudut pandang makroekonomi, kata resesi merupakan istilah yang menggambarkan keadaan dimana produk domestik bruto (PDB) mengalami penurunan aktivitas ekonomi secara signifikan atau dapat dianggap sebagai situasi pertumbuhan ekonomi riil yang negatif selama dua kuartal atau lebih dalam setahun.

Saat ini isu resesi ekonomi global kembali menjadi perbincangan, bahkan bisa dibilang sangat hangat dan sensitif dalam opini masyarakat. Meski resesi ekonomi global yang terjadi saat ini belum berdampak luas dan tidak memporak-porandakan seluruh sektor perekonomian secara bersamaan, namun masyarakat masih merasa khawatir dan takut jika resesi ekonomi global terulang kembali, seperti saat wabah Covid-19 terjadi waktu itu yang hampir melanda seluruh negara di dunia.

Memang saat itu dampak yang sangat besar dirasakan oleh masyarakat, karena seluruh sektor perekonomian tertutup total dan perekonomian tidak berjalan maksimal. Serta dampak lain yang dirasakan masyarakat saat itu, seperti kenaikan tajam suku bunga acuan untuk mengendalikan laju inflasi, PHK massal yang menyebabkan pengangguran meroket, tingginya angka kriminalitas, bahkan harga komoditas pun meroket, khususnya bahan bakar minyak.

Meski wabah COVID-19 telah mereda dan aktivitas perekonomian mulai kembali normal. Namun resesi ekonomi global saat ini sedang berlangsung dan ada beberapa hal yang perlu kita ketahui mengapa resesi ekonomi global saat ini bisa kembali terjadi. Hal ini memang dipicu oleh kondisi global yang sangat kacau dan tidak stabil.

Kondisi tersebut terlihat dari ketegangan geopolitik saat ini yang menjadi faktor utama mempengaruhi stabilitas perekonomian global sehingga menyebabkan terjadinya resesi ekonomi global saat ini.

Meskipun dampak resesi global saat ini tidak dirasakan secara luas di berbagai sektor ekonomi seperti saat krisis COVID-19, ketegangan geopolitik sering kali menimbulkan gangguan langsung terhadap perekonomian global. Gangguan yang paling nyata adalah gangguan rantai pasokan, yaitu mengganggu produksi dan distribusi barang atau jasa. Selain itu, jika terjadi ketegangan geopolitik di suatu negara strategis, tentu akan berdampak pada negara lain.

Perang antara Rusia dan Ukraina menjadi salah satu penyebab ketegangan geopolitik bahkan bisa dianggap sebagai penyebab utama resesi ekonomi global saat ini. Dampak ketegangan geopolitik yang menyebabkan perlambatan perekonomian global saat ini dirasakan di berbagai negara, mulai dari krisis pangan, krisis energi, hingga krisis keuangan. Faktanya, perang antara Rusia dan Ukraina dimulai pada tahun 2014, namun mencapai puncaknya pada tahun 2022. Ketegangan antara kedua negara telah menyebabkan gangguan signifikan pada pasokan energi dan pangan, karena Kedua negara merupakan eksportir utama gandum dan energi.

Sanksi Barat yang dijatuhkan kepada Rusia melalui pembatasan ekspor energi Rusia ke Eropa telah menyebabkan kenaikan harga gas dan krisis energi di Eropa. Apalagi dari segi pangan, karena negara-negara Eropa mengkonsumsi gandum menyebabkan kerawanan pangan. Terutama negara-negara yang bergantung pada impor dari Rusia dan Ukraina.

Namun apakah hanya itu saja? Tentu saja tidak, ketegangan geopolitik juga terjadi di Timur Tengah. Wilayah ini mempengaruhi harga energi global karena kaya akan sumber daya energi. Ketegangan regional seringkali menyebabkan fluktuasi tajam pada harga minyak dan gas. Melonjaknya harga energi tidak hanya meningkatkan biaya produksi bagi dunia usaha namun juga mempengaruhi daya beli konsumen, karena energi merupakan komponen penting dalam banyak produk dan jasa. Meningkatnya harga energi dapat menyebabkan inflasi global, yang pada gilirannya akan memaksa bank sentral menaikkan suku bunga, memperlambat investasi, dan mengurangi pertumbuhan ekonomi.

Selain itu, ketegangan antara Tiongkok dan Taiwan di Laut Cina Selatan, di mana masing-masing pihak mengklaim kedaulatan wilayah, telah menyebabkan ketegangan militer dan diplomatik di Asia Timur. Alasannya karena kawasan ini merupakan jalur perdagangan internasional yang sangat penting dan jika ketegangan ini terus berlanjut dan meningkat maka akan mengganggu perdagangan maritim global. Tak ketinggalan isu perang dagang antara Amerika Serikat dan Tiongkok yang tidak hanya berdampak pada kedua negara tetapi juga mengganggu perdagangan global, dimana tarif yang tinggi menyebabkan peningkatan biaya produksi yang pada akhirnya transisi ke konsumen global.

Kemudian kondisi yang tidak pasti ini mengganggu pasar keuangan yang menjadi sangat rentan. Ketidakpastian karena konflik internasional seringkali menyebabkan volatilitas di pasar keuangan. Investor cenderung menghindari risiko dan memindahkan uangnya ke aset yang dianggap lebih aman, seperti emas atau mata uang stabil. Pergerakan besar-besaran dana tersebut dapat menyebabkan penurunan tajam harga saham dan obligasi, sehingga memperburuk situasi perekonomian. Gejolak pasar juga dapat menurunkan kepercayaan konsumen dan dunia usaha, sehingga mengurangi konsumsi dan investasi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun