Mohon tunggu...
INDONESIA NEWS
INDONESIA NEWS Mohon Tunggu... Guru - Anak Bangsa
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Memberitakan yang benar, bicara benar

Selanjutnya

Tutup

Hukum

Pak Jokowi, Dengarkan Ratapan Kami

1 April 2022   09:00 Diperbarui: 1 April 2022   09:04 273
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Masih Masih ingat tragedi bom di Gereja Oikumene Samarinda 2016? Yang bernyanyi di sekolah Minggu ini adalah salah satu korban: Trinity.

Akibat bom, Ity, panggilan akrab Trinity, kritis. Setengah tubuhnya terbakar. Sementara Intan Olivia meninggal setelah 12 jam dirawat. Alvaro Sinaga terbakar bagian wajah dan kepala, sementara Anita Kristobel terbakar di bagian lengan.

Kini mereka bersekutu di bangunan gereja sementara: HKBP Trinity di Tenggarong, Kalimantan Timur.

"Tuhan tak pernah janji langit selalu biru. Tetapi Dia berjanji selalu menyertai," demikian kidung yang ditampilkan oleh Alvaro, Trinity dan Anita pada sekolah Minggu di gereja sementara HKBP Trinity (6 Maret 2022).

Setelah Birgaldo Sinaga yang menggalang dana meninggal, operasi fisik Trinity sementara terhenti. Belum ada dana untuk operasi lanjutan Trinity. Karena dana kompensasi dari negara terhadap para korban sama sekali tidak mencukupi untuk seluruh proses operasi.

"Trinity sudah 40 kali operasi. Meskipun mengalami kesakitan ketika operasi, Ity ingin operasi lanjutan (bagian tubuh yang belum berfungsi maksimal, seperti jari-jari Ity)," kata Sarina Gultom, ibunya Ity, yang mengharuskan melakukan operasi 18 kali terhadap Trinity di Guangzhou, Cina.

Sarina berharap Presiden Jokowi memberi perhatian kepada para korban bom gereja. Para korban terpaksa tidak lagi ibadah di Gereja Oikumene karena trauma. Selain itu, ketika ibadah di Gereja Oikumene, mereka menumpang beribadah Minggu saja, mengantri bersama 4 gereja lainnya yang berbeda.

Setiap beribadah di Gereja Oikumene, lanjut Sarina, mereka harus buru-buru. Mereka harus bergegas menyiapkan dan membereskan secepatnya alat-alat ibadah seperti alat musik, bergantian dengan gereja lainnya yang mengantri.

Harapan kepada pemerintah terus disuarakan, mengingat kondisi terkini para korban yang belum sepenuhnya pulih dan bangunan gereja sementara yang masih menggunakan papan.

"Pak Jokowi, dengarkanlah ratapan kami," harap Sarina

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hukum Selengkapnya
Lihat Hukum Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun