Masih Masih ingat tragedi bom di Gereja Oikumene Samarinda 2016? Yang bernyanyi di sekolah Minggu ini adalah salah satu korban: Trinity.
Akibat bom, Ity, panggilan akrab Trinity, kritis. Setengah tubuhnya terbakar. Sementara Intan Olivia meninggal setelah 12 jam dirawat. Alvaro Sinaga terbakar bagian wajah dan kepala, sementara Anita Kristobel terbakar di bagian lengan.
Kini mereka bersekutu di bangunan gereja sementara: HKBP Trinity di Tenggarong, Kalimantan Timur.
"Tuhan tak pernah janji langit selalu biru. Tetapi Dia berjanji selalu menyertai," demikian kidung yang ditampilkan oleh Alvaro, Trinity dan Anita pada sekolah Minggu di gereja sementara HKBP Trinity (6 Maret 2022).
Setelah Birgaldo Sinaga yang menggalang dana meninggal, operasi fisik Trinity sementara terhenti. Belum ada dana untuk operasi lanjutan Trinity. Karena dana kompensasi dari negara terhadap para korban sama sekali tidak mencukupi untuk seluruh proses operasi.
"Trinity sudah 40 kali operasi. Meskipun mengalami kesakitan ketika operasi, Ity ingin operasi lanjutan (bagian tubuh yang belum berfungsi maksimal, seperti jari-jari Ity)," kata Sarina Gultom, ibunya Ity, yang mengharuskan melakukan operasi 18 kali terhadap Trinity di Guangzhou, Cina.
Sarina berharap Presiden Jokowi memberi perhatian kepada para korban bom gereja. Para korban terpaksa tidak lagi ibadah di Gereja Oikumene karena trauma. Selain itu, ketika ibadah di Gereja Oikumene, mereka menumpang beribadah Minggu saja, mengantri bersama 4 gereja lainnya yang berbeda.
Setiap beribadah di Gereja Oikumene, lanjut Sarina, mereka harus buru-buru. Mereka harus bergegas menyiapkan dan membereskan secepatnya alat-alat ibadah seperti alat musik, bergantian dengan gereja lainnya yang mengantri.
Harapan kepada pemerintah terus disuarakan, mengingat kondisi terkini para korban yang belum sepenuhnya pulih dan bangunan gereja sementara yang masih menggunakan papan.
"Pak Jokowi, dengarkanlah ratapan kami," harap Sarina
Cita-cita Alvaro untuk menjadi polisi pun pupus. Marsiyana Tiurnovita Sagala (45) ibunya Alvaro menunjukkan bagian bekas kepala Alvaro di kepala dan lengan yang kondisinya tidak semua seperti sebelumnya (dapat berfungsi dengan baik).
"Benang bekas jahitan di kepala Alvaro menyembul. Tetapi kami orang tuanya tidak tega lagi untuk melanjutkan operasi kepala karena Alvaro sangat kesakitan," ungkap Novita.
Baik Trinity, Alvaro, dan Anita atau Abel diberi pemahaman oleh orang tua masing-masing ataupun gereja untuk menjauhkan bibit-bibit dendam dan kebencian.
"Jika membiarkan anak-anak dendam, hanya akan menjadi beban. Anak-anak harus mengampuni (pelaku), biar tenang," ujar Sarina yang juga aktif di majelis gereja (Sintua) HKBP Trinity.
Alvaro 10 kali memasuki ruang operasi di Kuala Lumpur. Trinity melewati 18 kali operasi di Guangzhou, Cina. Jalan panjang penyembuhan hingga ke luar negeri terhadap anak-anak tak berdosa ini tidak banyak mendapat perhatian negara.
Kiranya Pemerintah dalam hal ini Presiden Jokowi memberi perhatian, sebab belum ada tindakan nyata, sebagai warna negara mereka berhak mendapat perlidungan dan pemeliharaan dari pemerintah, tidak mudah melewati semua ini, namun tentu dengan hadirnya pemerintah akan memudahkan kedaaan mereka.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H