"Terus?"
"Terus apa?"
"Mestinya kamu romantis!"
"Aku mesti gimana?"
Laras berpikir sejenak, memejamkan matanya, dan meralat kata-katanya barusan. "Mas, kamu nggak perlu melakukan apa-apa. Kamu udah romantis kok di mataku."
"Lho kok bisa?"
"Kamu ingat insiden September di Cilember?"
"Kamu masih ingat-ingat soal itu?"
"Ya jelas Mas. Aku......" Laras menggantungkan kata-katanya. Aku paham apa yang tengah ia rasakan.
"Udahlah, nggak usah dibahas lagi. Aku memang pernah patah hati karena insiden itu, pernah patah hati karena kamu."
Laras menundukkan pandangannya, matanya berkaca-kaca.Â
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!