“Inget kolesterolmu, Mas.”
“Ah, tau apa kamu. Udah diam aja, jangan banyak omong.”
Aku mengangguk lemah. Kemudian beranjak dari kursi yang aku duduki. “Aku mau istirahat dulu ya Mas, dari pulang kerja tadi belum istirahat sama sekali.”
“Eiitss, jangan dulu lah, itu bajuku belum disetrika, sepatuku belum disemir, besok pagi-pagi aku berangkat, ada tugas ke luar kota.”
Rasanya hanya ingin menangis. Tapi entah kenapa kaki ini masih sanggup melangkah, mengikuti segala keinginannya.
***
Malam ini teman suamiku berkunjung ke rumah, aku mengenalnya, namanya Mas Pram, bisa dibilang ia adalah teman dekat suamiku. Mereka terlihat asyik mengobrol di ruang tengah, sementara aku sedang menyiapkan dua gelas teh manis hangat di dapur.
“Iya dong Pram, semua-semuanya ya hasil kerja kerasku. Uang istriku biar buat keperluan dia sendiri,” terdengar suamiku bercerita penuh bangga.
“Wah hebat kamu, istrimu pasti bahagia sekali ya punya suami macam kamu.”
“Iya dong, nih tanya aja Naura, kalo nggak percaya, iya kan sayang?”
Aku berjalan pelan mengantarkan dua gelas teh manis hangat, dan sekotak biskuit untuk mereka berdua, tanpa jawaban apapun. Kecuali sebuah senyuman yang terasa kecut.