“Kamu punya usaha juga?”
Lio mengangguk. Sejak SMA Lio sudah mencoba memulai usaha kecil-kecilan bermodal uang tabungannya sendiri. Secara perlahan usaha itu mulai menampakkan hasilnya dan berkembang sekarang.
“Brownies Telo Liora? Ini untuk apa?” Dahi Ratna mengernyit melihat sebuah kotak warna ungu berisi kue brownies diberikan Lio.
“Aku butuh sekretaris pribadi untuk ngurus usahaku itu, Brownies Lio dan Ratna, juga pendamping hidup untukku.”
Ratna seakan tidak percaya. Kedua tangannya menutup mulutnya, seperti ketika ia bertemu dengannya di job fair dulu, ingin rasanya berteriak. Pemilik usaha brownies yang terkenal di kotanya dan sudah memiliki beberapa cabang itu adalah orang yang berada di depannya sekarang ini. Dan apa tadi? Lelaki itu ingin menjadikannya pendamping hidup?
“Emang kamu tau kalo aku udah nikah apa belum?”
Lio tersenyum kecil sambil meraih tangan Ratna. “Pertama, belum ada cincin di jari manis kamu. Kedua, belum lama ini aku ketemu sama Ina, dan Ina bilang kamu masih sendiri sampai sekarang. Kamu masih nunggu aku nyatain perasaan ke kamu ya?”
“Sok tau kamu.” tangan Ratna mencubit lengan Lio.
“Tapi bener kan?” ujar Lio. Tangannya mengambil sesuatu di dalam sakunya. Kali ini kotak mungil berwarna merah. Dibukanya pelan kotak itu, di dalamnya ada sebuah cincin bermata satu berwarna silver. “Na, kamu mau kan jadi Nyonya Lio?”
“Itu kalimat paksaan.”
“Oke aku ralat. Na, bersediakah kamu mendampingi hidupku, menjadi Nyonya Lio sekaligus pemilik Brownies Telo Liora?”