Mohon tunggu...
Putri Apriani
Putri Apriani Mohon Tunggu... Freelancer - Fiksianer yang Hobi Makan

@poetri_apriani | poetriapriani.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

[Bulan Motivasi RTC] Kejutan Tuhan untuk Kirana

23 Mei 2016   09:04 Diperbarui: 23 Mei 2016   09:13 233
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Maaf, karena aku tak bisa meneruskan pernikahan kita." Ucapmu sambil menundukkan kepalamu.

Senyumku menghilang bersamaan dengan kata-katamu barusan. "Keenan, aku nggak ngerti maksud kamu apa?"

Keenan melepaskan tanganku, sejurus kemudian ia lenyap dari pandanganku. Kini aku sendiri di sebuah pesta yang indah, indah dalam waktu hitungan detik. Entah apa salahku, aku tak tahu.

Mendadak aku tersadar, Keenan harus menjelaskan. Dia tak bisa semudah ini pergi meninggalkanku. Aku pun segera bangkit, mengejarnya. Biar bagaimanapun aku butuh penjelasan akan keputusannya. Tepat saat kakiku mencapai pintu, mataku menemukan mobil Keenan sudah melaju pergi. Sial, aku terlambat.

Seminggu berlalu dan Keenan semakin hilang dalam hidupku. Aku terus berusaha mencarinya namun tak kunjung berhasil. Aku seakan dipaksa menguburkan cintaku hidup-hidup semenjak Keenan menghilang.

Astrid, sahabatku, mungkin dia tahu di mana Keenan sekarang. Aku mencoba menghubunginya, namun tak pernah ada jawaban. Hingga akhirnya sebuah foto beredar di media sosial.

Foto pernikahan sepasang kekasih yang tampaknya begitu bahagia. Lalu apanya yang aneh? Itu hal lumrah yang dirasakan setiap pasangan di hari pernikahannya. Bahagia. Tapi tunggu, sepertinya aku kenal dengan mempelai lelaki tersebut. Itu Keenan! Ya, itu Keenan! Dan perempuan di sebelahnya tak lain adalah sahabatku sendiri, Astrid!

Tanpa menunggu lama, air mataku banjir di pipi, aku lemas seketika. Keenan dan Astrid, dua orang yang selama ini aku sayang, dua orang yang selama ini aku percaya.

"Aku harus segera bertemu dengan mereka. Aku butuh penjelasan mereka, bagaimanapun caranya."

***

Pagi ini, aku menyeret langkah lelahku, mendekati daun jendela. Ya! Sebulan sudah berlalu, setelah kejadian yang sangat indah dalam hidupku. Indah sekaligus menyesakkan. Itu gumamku, dalam sisa-sisa keresahan dan kepedihanku.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun