Sahabat Juara,
Ada pendapat: kerja keras saja tidak cukup. Harus kerja cerdas. Apalagi sekarang adalah jaman generasi Y mulai mendominasi dunia tenaga kerja bahkan hingga ke level top management. Mereka menginginkan hasil yang serba cepat (instan) sehingga mengutamakan kerja cerdas. (Generasi Y adalah mereka yang lahir di antara tahun 1980 hingga 2000).
Namun, segera ada yang membantah: kerja cerdas saja tidak cukup. Harus kerja keras. Dan ini adalah potret generasi X yang memulai segala sesuatunya dari 0 dengan bekerja keras membanting tulang. (Generasi X adalah mereka yang lahir di antara tahun 1960 hingga 1980).
Terus, mana yang sebaiknya kita ikuti?
Menurut pengikut pendapat pertama, kerja keras itu baik namun hasilnya terbatas alias “segitu-segitu aja”. Pendapat mereka ini didasarkan pada potret orang-orang yang bekerja keras namun tidak ada perubahan signifikan, baik atas pekerjaannya maupun imbalan atas pencapaian pekerjaannya. Orang-orang yang bekerja keras itu cenderung mengulang-ulang cara yang sama.
Einstein mencibir orang-orang seperti ini sebagai “gila”: melakukan hal-hal yang sama namun menginginkan hasil yang berbeda. Mustahil! Merujuk Einstein, untuk mendapatkan hasil yang berbeda haruslah menempuh cara yang berbeda. Berbeda berarti cara lama ditambahi cara baru, atau cara lama diganti cara baru. Di sinilah , “kerja cerdas” diperlukan.
Orang yang bekerja cerdas adalah orang yang bekerja dengan dasar-dasar leadership inovasi, delegasi, dan sinergi. Inovasi berarti selalu tergerak untuk menciptakan pembaruan, mulai dari pembaruan produk, pembaruan komunikasi pemasaran, pembaruan metode pelipatgandaan keuntungan finansial, dll. Mereka adalah pemimpin pasar di industrinya. Dalam kompetisi, mereka selalu melejit lebih depan dari pesaing.
Delegasi dimengerti sebagai pembagian pekerjaan. Tidak semua dikerjakan sendiri. Supaya bisa berinovasi atau merampungkan pekerjaan yang lebih besar, maka pekerjaan dipercayakan kepada tim. Pertimbangannya sederhana. Jika dikerjakan sendiri kapasitasnya terbatas. Contoh: jika sendiri bisa menyelesaikan 5 pekerjaan. Ambil 2 pekerjaan, lalu serahkan 3 pekerjaan kepada 3 orang yang masing-masing memiliki kapasitas menyelesaikan 2 pekerjaan. Maka, untuk waktu yang sama, 8 pekerjaan bisa diselesaikan bersama-sama. Ini namanya mengungkit.
Sedangkan sinergi berarti bekerja sama dengan pihak lain yang lebih ahli di bidang yang kita tidak kuasai namun harus kita selesaikan. Daripada memaksa diri menaikkan kapasitas di aspek yang bukan kompetensi utama kita, lebih baik alihkan pekerjaan kepada pihak lain yang memang sangat ahli di bidang itu. Sementara itu kita bisa fokus menaikkan kompetensi kita. Hasilnya apa? Kita akan dikenal menguasai kompetensi yang jauh di atas kompetensi yang senyatanya kita miliki. Orang lain tidak perlu tahu bahwa sebagian pekerjaan kita ditopang oleh pihak lain yang wajahnya tidak kita tampilkan ke permukaan.
Meski begitu, ternyata, kerja cerdas saja tidak cukup. Tetap harus bekerja keras. Bagaimana penjelasannya?
Anda kenal pebasket NBA legendaris Michael Jordan? Anda kenal pemain bola dunia asal Portugal Ronaldo? Anda kenal penyanyi Indonesia yang mendunia Agnez Monica? Dan, anda tentu tahu Liliyana Natsir dan Tontowi Ahmad, pasangan olimpian emas yang dimana saya menjadi Coach Juara untuk mereka.