Menurut Jung, kesadaran manusia dalam mengadakan hubungan dengan dunia luar menunjukkan dua sikap utama yaitu introvert dan ekstrovert. Dikatakan bersikap introvert jika sikap kesadaran seseorang mengarah ke dalam dirinya sendiri. Sementara sikap yang ekstrovert artinya sikap kesadaran yang mengarah ke luar dirinya yaitu kepada alam sekitar dan manusia lain. Manusia yang mempunyai tipe sikap introvert umumnya mempunyai minat pokok pada dunia subjektif yang dijadikan sebagai asas-asas pertimbangan. Selain itu, orang dengan sikap bertipe introvert suka tenggelam dalam dirinya sendiri. Sementara, sikap orang bertipe ekstrovert umumnya mempunyai minat pokok kepada dunia luar dan menganggap dunia objektif sebagai nilai-nilai esensial dalam hidupnya.
Sifat-sifat manusia bertipe introvert dan ekstrovert menurut pandangan Jung dikemukakan sebagai berikut.
Sifat-sifat Manusia Bertipe Introvert
Sifat-sifat Manusia Bertipe Ekstrovert
- Ia memiliki suatu kecenderungan dan lebih suka memasuki dunia imajiner, di samping memiliki kebebasan untuk merenungkan hal-hal yang bersifat kreatif.
- Ia memiliki kecenderungan dan menyukai partisipasi pada realitas sosial dalam dunia objektif. Individu dengan sikap bersifat ekstrovert dalam peristiwa-peristiwa praktis umumnya lancar dalam pergaulan.
- Ia termasuk indvidu yang produktif dan ekspresi-ekspresinya diwarnai oleh perasaan-perasaan subjektif. Pusat kesadaran dirinya adalah kepada egonya sendiri dan sedikit perhatian pada dunia luar.
- Ia bersikap realistis, aktif dalam bekerja, dan komunikasi sosialnya baik serta bersifat ramah-tamah.
- Ia memiliki perasaan halus dan cenderung untuk tidak melahirkan emosi secara menyolok. Ia mempunyai kebiasaan menunjukkan ekspresinya dengan cara-cara yang halus dan jarang ditemukan pada orang lain.
- Ia berpembawaan riang gembira, bersikap spontan dan wajar dalam ekspresi serta menguasai perasaan.
- Ia memiliki sikap yang umumnya sangat tertutup sehingga ketika terdapat konflik hanya disimpan dalam hati. Ia umumnya berusaha untuk dapat menyelesaikan sendiri segala permasalahan, termasuk timbulnya konflik-konflik pada dirinya.
- Ia bersikap optimis, tidak putus asa menghadapi kegagalan atau dalam menghadapi konflik-konflik pekerjaan. Ia juga selalu tenang dan bersikap suka mengabdi.
- Ia memiliki banyak pertimbangan sehingga ia sering suka mengadakan self analysis dan self critism.
- Ia tidak begitu banyak pertimbangan dan kadang-kadang sering tidak terlalu banyak analisis serta kurang self critism serta berpikir kurang mendalam.
- Ia bersifat sangat sensitif terhadap kritik. Pengalaman-pengalaman pribadi bersifat mengendap dalam kenangan yang kuat, lebih-lebih hal yang bersifat pujian atau celaan tentang dirinya.
- Ia memiliki sifat yang relatif independen dalam mengeluarkan pendapat. Ia juga mempunyai cita-cita yang bebas.
- Ia memiliki sifat yang pemurung dan selalu memiliki kecenderungan bersikap menyendiri.
- Ia memiliki keletan dalam berpikir tetapi mempunyai pandangan bersifat pragmatis. Selain hal itu, ia bersifat keras hati.
- Tipologi Manusia Menurut Jung
Berdasarkan komponen pokok kesadaran, Jung membuat empat kali dua atau delapan tipe, empat tipe ekstrovert dan empat lagi introvert. Dalam membuat penyandraan mengenai tipe-tipe tersebut selalu dikupasnya juga alam tak sadar, yang baginya merupakan realita yang sama pentingnya dengan kehidupan alam sadar. Kehidupan alam tak sadar itu berlawanan dengan kehidupan alam sadar. Jadi orang yang kesadarannya bertipe pemikir maka ketidaksadarannya adalah perasa, orang yang kesadarannya ekstrovert begitu selanjutnya.
Tipologi manusia menurut Jung dapat diikhtisarkan dalam tabel berikut ini.
- Analisis Kepribadian Tokoh dalam Cerpen Kurma Kiai Karnawi Karya Agus Noor dengan Pendekatan Psikologi Carl Gustav Jung
- Berikut ini analisis cerpen karya Agus Noor yang berjudul Kurma Kiai Karnawi. Cerpen ini menceritakan seorang yang bernama Kiai Karnawi sebagai salah satu representasi religiusisme. Dia mampu menyembuhkan orang sakit hanya dengan sebutir buah kurma. Pengalaman Kiai Karnawi dalam menyembuhkan orang berada di luar nalar. Cerita orang yang terlihat gosong terkena teluh, kemudian setelah memakan kurma dari Kiai Karnawi langsung mendapatkan semacam sengatan listrik. Tidak sampai di situ, orang tersebut juga mengeluarkan berbagai macam benda dari dalam tubuhnya yang membuat semua orang di situ terbelalak tak percaya. Hal ini tercermin dalam kutipan cerpen sebagai berikut.
- Tubuh orang itu menghitam nyaris gosong sementara kulitnya kisut kering penuh sisik kasar dengan borok kering. Mulutnya perot, seakan ada yang mencengkeram rahang dan lehernya. Ia terbelalak seolah melihat maut yang begitu mengerikan. Sudah lebih delapan jam ia mengerang meregang berkelojotan. Orang-orang yakin: dia terkena teluh, dan hanya kematian yang bisa menyelamatkan.
      Kiai Karnawi yang diceritakan dalam cerpen ini adalah sosok yang sederhana yang mampu menyembuhkan orang yang kena teluh atau santet serta sakit-sakit yang tidak wajar. Pikiran dan perasaan Kiai Karnawi berjalan secara rasional. Dia berpikir bahwa dirinya adalah orang yang daif tidak berdaya. Selain itu, dia tidak suka mengobral ayat untuk menjadi bijak. Seperti yang terdapat dalam kutipan cerpen berikut ini.
"Sebelumnya, maafkan sahaya yang daif ini, Sinuhun," Kiai Karnawi bicara sopan, "bisakan Sinuhun memberi tahu terlebih dahulu, di manakah arah kiblat...."
"Tak perlu sebentar-bentar mengutip ayat, untuk menjadi bijak," ujar Kiai Karnawi, pada pengajian yang sempat Hanafi ikuti.
 Pendirian dan intuisi Kiai Karnawi berjalan secara irasional. Fungsi jiwanya berjalan tanpa penilaian hanya semata-mata melalui pengamatan sadar indriah dan pengamatan secara sadar naluriah. Kiai Karnawi memiliki pendirian bahwa dia bisa menyembuhkan orang sakit apapun dengan sebutir kurma. Selain itu, Kiai Karnawi mampu meredam konflik yang ada di masyarakat. Hal ini sejalan dengan intuisinya yang secara naluriah tergerak untuk menyelamatkan orang yang kesakitan. Hal ini terlihat dalam kutipan cerpen sebagai berikut.
Kiai Karnawi, yang dipanggil seorang tetangga, muncul. Beliau menatap penuh kelembutan pada orang yang tergeletak di kasur itu. Kesunyian yang mencemaskan membuat udara dalam kamar yang sudah pengap dan berbau amis terasa semakin berat. Beberapa orang yang tak tahan segera beranjak keluar dengan menahan mual. Kiai Karnawi mengeluarkan sebutir kurma, dan menyuapkan ke mulut orang itu.