Satu bulan adalah waktu yang ditentukan untuk menulis buku dengan ketentuan minimal satu halaman A4 setiap harinya. Namun, saya selalu mengirim dua halaman A4. Hingga akhirnya jadilah buku dengan tebal 161 halaman ini.
Sungguh, bukan hal mudah untuk seorang penulis pemula menulis buku setebal itu. Satu bulan saya habiskan waktu untuk menulis tanpa mengeditnya. Hingga waktu yang ditentukan berakhir, saya pun mulai mengedit semua isi naskah yang telah saya setor kepada pihak penerbit.Â
Sebab, dari pihak penerbit menyarankan semua peserta untuk melakukan self editing. Lalu menyetorkan kembali isi naskah full yang telah diedit, beserta kata pengantar, daftar isi, profil penulis, daftar pustaka, dan blurb.
Berikut adalah blurb dari buku Seni Memaknai Hidup:
Banyak hal terjadi dalam hidup ini dan di setiapnya ada makna serta pembelajaran yang dapat digali. Banyak hikmah terkandung dalam beragam pengalaman yang kita lalui. Sebagai hamba-Nya, kita harus mampu melihat hikmah berharga dari pelajaran tersebut dan mengingat kembali akan apa sejatinya esensi hidup yang singkat ini.
Bagaimanapun juga, setiap dari kita memiliki pandangan masing-masing akan pengalaman hidup yang pernah dilalui. Pandangan hidup itulah yang menjadi penentu pilihan dan putusan dalam bertindak.
Buku Seni Memaknai Hidup ini memberikan perspektif yang diharapkan mampu menjadi semacam peta pemandu sebagai pertimbangan dalam menentukan pilihan maupun putusan tersebut. Semakin banyaknya pelajaran dan kebijaksanaan, diri akan mampu menyingkap apa sejatinya esensi hidup. Setiap fase hidup pun akan dilalui dengan sepenuh hati.
Lalu berikut adalah daftar isinya:
Allah membersamaimu dengan kebersamaan yang khusus berupa Allah akan terus menerus menjaga, menolong, dan menguatkanmu tersebab upaya kesabaranmu, insyaallah. Jika seluruh rencana kita tidak terjadi seperti yang diharapkan, tersenyum dan ingatlah, manusia mendesain dengan cita-cita, tetapi Allah mendesain dengan cinta. (Kutipan dalam buku Seni Memaknai Hidup)