Tulisan itu salah satu monumen terbaik setelah kita berpulang nanti. Layaknya kenangan yang akan terus membawa kebaikan. Seperti kata Sayyidina Ali bin Abi Thalib, "Semua penulis akan mati. Hanya karyanyalah yang akan abadi. Maka tulislah sesuatu yang membahagiakanmu di akhirat nanti."
Inti dari menulis itu bukan sebuah obsesi agar orang tahu bahwa kita penulisnya. Namun, agar tulisan kita bisa tersebar dan yang penting tersampaikan ilmunya. Kalau kemudian kita dikenal banyak orang, itu tidak masalah. Bagi saya, menulis adalah salah satu tirakat mengkaji rasa. Melatih membuka hati tatkala mata menerawang semesta. Menulis adalah bagian dari bercerita. Saat banyak hal berserakan dalam benak, saya selalu menuangkan itu semua dalam sebuah tulisan daripada harus menuntut orang lain untuk menjadi pendengar yang baik.
Perempuan memang senang berbagi cerita dan pengalaman yang dapat memberikan pembelajaran. Salah satu cara berbagi cerita bagi kebanyakan kaum hawa yaitu melalui tulisan dan buku menjadi salah satu wadahnya.Â
Menulis bukan sekadar menggores rasa berupa deretan kalimat-kalimat panjang yang tanpa makna. Menulis bagi saya harus punya ruh di setiap tulisan itu. Menulis dengan hati supaya bisa sampai ke hati setiap orang yang membacanya karena terinspirasi.
Dalam dunia tulis-menulis, ibarat bayi saya adalah bayi yang baru belajar merangkak. Terkadang saya oleng. Namun, saya tidak pernah menyerah karena ini adalah fase pembelajaran yang harus saya lalui untuk menuju fase berikutnya. Jangankan yang pemula seperti saya, yang sudah berpengalaman sekalipun mungkin masih tetap memerlukan revisi. Terkadang muncul rasa tidak sempurna dengan apa yang saya tulis. But, go ahead aja.
Tidak ada satu kejadian di dunia ini yang kebetulan. Semua terjadi atas kehendak-Nya. Dua kalimat ini mungkin mewakili peristiwa yang terjadi saat itu hingga kini.
Juli 2020, saya melihat story WhatsApp teman dunia maya yang saya kenal dari salah satu kelas di Indscript Business Woman University. Beliau share info kelas menulis antologi. Dia adalah founder salah satu penerbit indie di Jawa Barat, Mazaya Publishing House. Saat itu ada dua tema pilihan. Salah satu tema yang saya pilih yaitu "Pinang Aku dengan Bismillah". Tanpa berpikir panjang, saya mengajukan diri untuk ikut berkontribusi dalam buku itu. Padahal saya belum ada pengalaman menulis kisah inspiratif yang kemudian dipublikasikan. Sebelumnya hanya meluapkan segala rasa lewat buku diary saja. Begitulah cara saya untuk melegakan hati.
Kebetulan tema yang diangkat ini sebuah kisah inspiratif. Menceritakan kisah nyata yang ditulis dengan gaya bercerita. Baik menceritakan kisah pribadi atau orang lain. Sebenarnya bukan untuk mengumbar sebuah kisah hidup, tetapi lebih mengarah sebagai self healing serta mencari manfaat sebagai jalan menuju kebaikan. Kebaikan apa pun. Terutama kebaikan dalam segi pengembangan passion, jalan dakwah, berargumen tanpa harus menggurui, bahkan bisa untuk mendapatkan pundi-pundi rupiah.
Learning by doing. Belajar dengan melakukan. Ilmu yang didapatkan, saya praktikkan dengan konsisten menulis. Dari konsisten itulah secara tidak langsung saya belajar dan belajar lagi. Pepatah mengatakan, "Teori tanpa praktik, sama dengan lumpuh. Praktik tanpa teori adalah buta. Sedangkan praktik dengan teori adalah cerdas."
Berawal dari situ, saya niatkan untuk istiqomah dan konsisten menulis. Beberapa kelas menulis saya ikuti, mulai dari yang gratis hingga berbayar. Tujuannya untuk mencari ilmu guna mengembangkan passion yang saya minati ini.
Awalnya, menulis saya anggap self healing, yaitu sebagai terapi agar masalah terasa ringan. Seiring berjalannya waktu dan selalu berusaha untuk memberdayakan sebuah masalah, kini sudah beberapa karya yang saya lahirkan. Beberapa tulisan juga saya unggah di dalam satu blog pribadi. Tidak berhenti di situ, saya masih merasa haus untuk terus menuntut ilmu guna mengembangkan kemampuan dengan mengikuti beberapa seminar kepenulisan.
Dari pengalaman dan sedikit ilmu yang dimiliki, kini saya mengajak teman-teman untuk terjun ke dunia literasi. Mengajak mereka berkontribusi dalam setiap event antologi yang saya adakan. Sebagai penanggung jawab antologi, saya memberikan materi kepenulisan di awal agar mereka bisa memahami inti dari genre dan tema yang diangkat. Terkadang, sembari menunggu naskah masuk dari para calon kontributor, saya selipkan sedikit materi lagi di lain hari.
Learning by teaching. Ketika kita mengajarkan sesuatu kepada orang lain, tanpa sadar kita juga belajar, mengeksplor, mereview, dan mengevaluasi pengetahuan yang terpendam. Saya tahu bahwa saya memiliki, tetapi terkadang lupa menempatkannya di mana. Akhirnya, momen inilah yang membantu saya belajar menemukan "file" itu kembali.
Esensi sebagai penanggung jawab bukan sekadar materi, apalagi hanya mencari nama. Namun, ada rasa yang tidak bisa dijabarkan melalui rangkaian kata ketika bisa mengajak teman-teman untuk terjun ke dunia literasi. Alhamdulillah Allah memberi kesempatan kepada kami untuk berkontribusi dalam buku-buku tersebut yang saya handle.Â
Alhamdulillah, yang membuat saya terkesan dan bersyukur yaitu ketika mengajukan Curriculum Vitae ke salah satu penerbit sebagai penanggung jawab antologi, justru saya ditawarkan sekaligus sebagai editor oleh foundernya. Saya pun menyetujui tawaran tersebut. Ini menjadi tantangan tersendiri bagi saya. Berharap, suatu hari nanti bisa menjadi editor bersertifikat BNSP (Badan Nasional Sertifikasi Profesi).
Akhirnya, tantangan ini membuat saya semakin semangat dalam berkarya dan mengabadikan nama. Belajar dalam kesungguhan dan siap menerima segala tantangan demi mewujudkan sebuah impian.
Jangan takut, apalagi meninggalkan masalah yang menghadang. Ubahlah masalah tersebut menjadi tantangan dan tidak menganggapnya sebagai rintangan. Hadapilah dengan hati yang lapang.
Jangan pernah ragu untuk melangkah. Bukankah pepatah mengatakan lebih baik salah karena pernah mencoba daripada tidak pernah salah karena tidak pernah mencoba. Jika menulis adalah jalan dakwah, maka dekaplah ia hingga maut memisah. Semangat berjuang dakwah melalui tulisan. Semoga senantiasa selalu membawa kepada kebaikan. Amin.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H