Mohon tunggu...
Puspa Sari Dewi
Puspa Sari Dewi Mohon Tunggu... Penulis - A lifelong learner

Author of Seni Memaknai Hidup & Novella Ranum Email : 1991saripuspa@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Cara Memberdayakan Masalah Hingga Menjadi Sebuah Karya

15 September 2021   21:53 Diperbarui: 17 September 2021   16:12 576
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Koleksi Pribadi : Buku Solo Novella Ranum

Tulisan itu salah satu monumen terbaik setelah kita berpulang nanti. Layaknya kenangan yang akan terus membawa kebaikan. Seperti kata Sayyidina Ali bin Abi Thalib, "Semua penulis akan mati. Hanya karyanyalah yang akan abadi. Maka tulislah sesuatu yang membahagiakanmu di akhirat nanti."

Inti dari menulis itu bukan sebuah obsesi agar orang tahu bahwa kita penulisnya. Namun, agar tulisan kita bisa tersebar dan yang penting tersampaikan ilmunya. Kalau kemudian kita dikenal banyak orang, itu tidak masalah. Bagi saya, menulis adalah salah satu tirakat mengkaji rasa. Melatih membuka hati tatkala mata menerawang semesta. Menulis adalah bagian dari bercerita. Saat banyak hal berserakan dalam benak, saya selalu menuangkan itu semua dalam sebuah tulisan daripada harus menuntut orang lain untuk menjadi pendengar yang baik.

Perempuan memang senang berbagi cerita dan pengalaman yang dapat memberikan pembelajaran. Salah satu cara berbagi cerita bagi kebanyakan kaum hawa yaitu melalui tulisan dan buku menjadi salah satu wadahnya. 

Menulis bukan sekadar menggores rasa berupa deretan kalimat-kalimat panjang yang tanpa makna. Menulis bagi saya harus punya ruh di setiap tulisan itu. Menulis dengan hati supaya bisa sampai ke hati setiap orang yang membacanya karena terinspirasi.

Dalam dunia tulis-menulis, ibarat bayi saya adalah bayi yang baru belajar merangkak. Terkadang saya oleng. Namun, saya tidak pernah menyerah karena ini adalah fase pembelajaran yang harus saya lalui untuk menuju fase berikutnya. Jangankan yang pemula seperti saya, yang sudah berpengalaman sekalipun mungkin masih tetap memerlukan revisi. Terkadang muncul rasa tidak sempurna dengan apa yang saya tulis. But, go ahead aja.

Pinang Aku dengan Bismillah, antologi pertama 
Pinang Aku dengan Bismillah, antologi pertama 

Tidak ada satu kejadian di dunia ini yang kebetulan. Semua terjadi atas kehendak-Nya. Dua kalimat ini mungkin mewakili peristiwa yang terjadi saat itu hingga kini.

Juli 2020, saya melihat story WhatsApp teman dunia maya yang saya kenal dari salah satu kelas di Indscript Business Woman University. Beliau share info kelas menulis antologi. Dia adalah founder salah satu penerbit indie di Jawa Barat, Mazaya Publishing House. Saat itu ada dua tema pilihan. Salah satu tema yang saya pilih yaitu "Pinang Aku dengan Bismillah". Tanpa berpikir panjang, saya mengajukan diri untuk ikut berkontribusi dalam buku itu. Padahal saya belum ada pengalaman menulis kisah inspiratif yang kemudian dipublikasikan. Sebelumnya hanya meluapkan segala rasa lewat buku diary saja. Begitulah cara saya untuk melegakan hati.

Kebetulan tema yang diangkat ini sebuah kisah inspiratif. Menceritakan kisah nyata yang ditulis dengan gaya bercerita. Baik menceritakan kisah pribadi atau orang lain. Sebenarnya bukan untuk mengumbar sebuah kisah hidup, tetapi lebih mengarah sebagai self healing serta mencari manfaat sebagai jalan menuju kebaikan. Kebaikan apa pun. Terutama kebaikan dalam segi pengembangan passion, jalan dakwah, berargumen tanpa harus menggurui, bahkan bisa untuk mendapatkan pundi-pundi rupiah.

Learning by doing. Belajar dengan melakukan. Ilmu yang didapatkan, saya praktikkan dengan konsisten menulis. Dari konsisten itulah secara tidak langsung saya belajar dan belajar lagi. Pepatah mengatakan, "Teori tanpa praktik, sama dengan lumpuh. Praktik tanpa teori adalah buta. Sedangkan praktik dengan teori adalah cerdas."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun