Berawal dari situ, saya niatkan untuk istiqomah dan konsisten menulis. Beberapa kelas menulis saya ikuti, mulai dari yang gratis hingga berbayar. Tujuannya untuk mencari ilmu guna mengembangkan passion yang saya minati ini.
Awalnya, menulis saya anggap self healing, yaitu sebagai terapi agar masalah terasa ringan. Seiring berjalannya waktu dan selalu berusaha untuk memberdayakan sebuah masalah, kini sudah beberapa karya yang saya lahirkan. Beberapa tulisan juga saya unggah di dalam satu blog pribadi. Tidak berhenti di situ, saya masih merasa haus untuk terus menuntut ilmu guna mengembangkan kemampuan dengan mengikuti beberapa seminar kepenulisan.
Dari pengalaman dan sedikit ilmu yang dimiliki, kini saya mengajak teman-teman untuk terjun ke dunia literasi. Mengajak mereka berkontribusi dalam setiap event antologi yang saya adakan. Sebagai penanggung jawab antologi, saya memberikan materi kepenulisan di awal agar mereka bisa memahami inti dari genre dan tema yang diangkat. Terkadang, sembari menunggu naskah masuk dari para calon kontributor, saya selipkan sedikit materi lagi di lain hari.
Learning by teaching. Ketika kita mengajarkan sesuatu kepada orang lain, tanpa sadar kita juga belajar, mengeksplor, mereview, dan mengevaluasi pengetahuan yang terpendam. Saya tahu bahwa saya memiliki, tetapi terkadang lupa menempatkannya di mana. Akhirnya, momen inilah yang membantu saya belajar menemukan "file" itu kembali.
Esensi sebagai penanggung jawab bukan sekadar materi, apalagi hanya mencari nama. Namun, ada rasa yang tidak bisa dijabarkan melalui rangkaian kata ketika bisa mengajak teman-teman untuk terjun ke dunia literasi. Alhamdulillah Allah memberi kesempatan kepada kami untuk berkontribusi dalam buku-buku tersebut yang saya handle.Â
Alhamdulillah, yang membuat saya terkesan dan bersyukur yaitu ketika mengajukan Curriculum Vitae ke salah satu penerbit sebagai penanggung jawab antologi, justru saya ditawarkan sekaligus sebagai editor oleh foundernya. Saya pun menyetujui tawaran tersebut. Ini menjadi tantangan tersendiri bagi saya. Berharap, suatu hari nanti bisa menjadi editor bersertifikat BNSP (Badan Nasional Sertifikasi Profesi).
Akhirnya, tantangan ini membuat saya semakin semangat dalam berkarya dan mengabadikan nama. Belajar dalam kesungguhan dan siap menerima segala tantangan demi mewujudkan sebuah impian.
Jangan takut, apalagi meninggalkan masalah yang menghadang. Ubahlah masalah tersebut menjadi tantangan dan tidak menganggapnya sebagai rintangan. Hadapilah dengan hati yang lapang.
Jangan pernah ragu untuk melangkah. Bukankah pepatah mengatakan lebih baik salah karena pernah mencoba daripada tidak pernah salah karena tidak pernah mencoba. Jika menulis adalah jalan dakwah, maka dekaplah ia hingga maut memisah. Semangat berjuang dakwah melalui tulisan. Semoga senantiasa selalu membawa kepada kebaikan. Amin.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H