Kekuatan dari media juga sering digunakan partai politik dalam melakukan pencitraan yang dengan mudahnya memanipulasi publik karena faktor dibayar. yang seharusnya berisi info-info berita namun harus dipenuhi oleh visi dan misi yang tidak masuk akal demi kepentingan tertentu, kemudian berdampak untuk Masyarakat, sulitnya lagi menilai kredibilitas seseorang karena banyak pencitraan.Â
Di tahun-tahun pesta demokrasi, iklan dan visi mulai menumpuk serta opini tentang politik pun penuhi halaman-halaman media, mulai dari media cetak hingga media elektronik karena media merupakan salah satu jalan yang ampuh melakukan dan menyebarluaskan sesuatu apakah itu benar atau salah. Kerasnya kepentingan politik merupakan dampak terburuk untuk melakukan pendidikan politik.
Di era digital saat ini, partai politik dan politisi harus memiliki literasi media digital yang baik. Media sosial dan internet telah menjadi alat utama untuk berkomunikasi dengan publik. Masyarakat tidak hanya membaca internet dan jarang menonton berita, oleh karena itu partai politik harus melakukan transformasi dalam pencitraannya untuk meraih simpatisan dan pendukung.Â
Dengan semakin banyak like atau tombol suka yang didapat, semakin banyak juga yang kagum dengan foto atau video yang dicitrakan. Kegiatan-kegiatan politik yang menggambarkan kedekatan dengan masyarakat atau ketegasan dalam kepemimpinan sering dipublikasikan melalui media sosial dan media online lainnya.
Hal ini sangat penting bagi kepala negara, kepala daerah, dan partai politik untuk memiliki akun media sosial. Tujuannya adalah untuk dapat berkomunikasi langsung dengan masyarakat dan memanfaatkan kemampuan teknologi untuk membangun citra yang positif bukan untuk saling menyerang dan menjatuhkan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H