Di tengah tangisnya yang semakin deras dan sesak, Nala hilang akal. Ia melirik ke arah sabun pembersih wc yang tepat berada di depan pintu kamar mandinya.
Nala mendekat, membuka tutupnya dengan tergesa-gesa diiringi isak tangis yang menyesakkan dadanya.
Sepersekian detik, dengan agak ragu dan takut ia mendekatkan ujung lubang botol tersebut ke mulutnya, tiba-tiba handphone-nya berdering.
Dina menelepon.
"Halo Nal, kamu masih di kos atau udah sampe office?"
"Di kos, Din." Jawabannya dengan napas tersengal.
"Eh, kamu lagi nangis ya, Nal? Kenapa? Ini ada kaitannya sama berita PwC pagi ini ya? Sabar ya, Nal."
"Hah, berita PwC, maksudnya gimana, Din? Berita apa?"
"Ya ampun kamu belum denger ternyata? Mas Jai Nal, Mas Jai bunuh diri, kata security yang liat, Mas Jai lompat dari lantai 34 di WTC3 subuh tadi. Kabarnya dari kemarin dia gak pulang ke rumah, di office semaleman."
Nala syok. Gemetar.
"Nal... Nala, kamu baik-baik aja? Kamu kalo mau nangis, selesaiin dulu aja gak papa. Nanti kita ketemu di office ya."