"Hah?" Galih tersentak. Itu adalah video yang ia rekam ketika mencium bibir Nina, namun entah bagaimana video tersebut menjadi misterius. Hanya ada Galih seorang diri di dalam video itu.
Galih bergidik. Suasana dalam kos seketika menjadi agak hening, tetapi masih ada sedikit suara-suara bising kendaraan dari luar yang menyelinap masuk. Tubuh Dira gemetar, wajahnya menjadi pucat pasi. Ia berkali-kali menelan ludah sambil mengupas kulit apel.
"Hmm, lo makan apel doang? Katanya laper."
"Hah? Oh, iyaa... Ini dulu 'lah. Nanti baru dilanjut makan beratnya."
Galih mengangguk, dan kembali ke makanan dan pekerjaannya.
Dira menghirup udara dalam-dalam. Mundur sedikit dari posisi duduknya. Badannya mulai berkeringat dingin. Ia mempersiapkan posisi nyamannya, dan kembali menarik napas panjang. Dengan satu tarikan napas itu, Dira pun menikam Galih dari belakang, tepat pada leher sisi samping yang terdapat percabangan pembuluh darah atau carotyd sinus. Setelah itu ia juga menusuk bagian perut Galih hingga tiga kali, dan Galih tersungkur kaku dengan berlumuran darah.
Dira bergidik. Jantungnya berdetak kencang. Ia langsung bergegas pergi, pulang ke rumah. Sesampainya di rumah, ia masuk ke kamar mandi. Tepat azan berkumandang sebagai pertanda memasuki waktu asar. Dira mencoba menenangkan dirinya, sejurus kemudian ia mengambil wudhu dan pergi ke kamarnya menunaikan sholat asar.
Di sujud rakaat terakhir, Dira menangis cukup lama, untuk kali ini ia bisa mengeluarkan air mata. Akan tetapi tiba-tiba tangan kirinya merogoh bagian bawah sajadah, yang ternyata ia menyimpan pisau di bawahnya. Tanpa bangun dari sujud, Dira menusukkan pisau tersebut ke perutnya dan tubuhnya jatuh merebah ke kanan.
Dira meringis.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H