Plakkkk!!....
Itu kriminal, bego!, dengan mata melebar, begitulah respon Dira ketika mendengar ide sinting dari teman seperjuangannya, Galih, untuk memotret secara diam-diam setiap mahasiswi yang mereka jumpai di kampus, mengeditnya dengan deepfake yang menggunakan teknologi Artificial Intelegence (AI) untuk melucuti pakaian yang dikenakannya, dan kemudian menjual foto-foto tersebut.
Setelah menampar dan puas memaki, Dira segera pergi dari lorong rubanah kampus meninggalkan Galih bersama dengan ide sintingnya. Dira dan Galih memang sedang terlilit beberapa masalah, terutama Dira, ada banyak hal yang harus ia selesaikan dengan uang, namun baginya mendapatkan uang dengan cara tersebut hanya akan menambahkan masalah baru untuk hidupnya yang sedang ruwet.Â
***
Ketika Dira melangkahkan kaki menjauh dari Galih, kedua bola mata Galih mengarah pada satu sudut di balik dinding yang berada dekat pada jalur utama untuk menaiki anak tangga. Ia langsung tersadar bahwa sedari tadi ada seseorang yang mendengarkan pembicaraannya dengan Dira.
Galih berjalan perlahan ke arah bayangan tersebut. Ternyata seorang perempuan dengan penampakan usia kisaran sembilan belas tahun, jelas itu berarti dia merupakan mahasiswi baru di kampus itu. Tidak banyak pertanyaan yang dilontarkan Galih. Sambil mengerutkan kening, ia hanya menanyakan apa yang sedang perempuan itu lakukan dan apa yang sudah ia dengar. Namun perempuan yang akhirnya diketahui bernama Nina, hanya menggeleng-gelengkan kepala dengan mata yang berkeliling. Ia memucat.
Sejurus kemudian Galih mencium bibir Nina dan merekamnya dengan gadget yang ia genggam. Nih, gue pegang aib lo! Kalo lo bocor, gue pastiin satu kampus liat ini semua, ancam Galih yang kemudian langsung pergi menaiki anak tangga dan meninggalkan Nina yang mematung.
***
Dira sudah sekuat tenaga mengeluarkan suaranya, berusaha teriak sekeras mungkin namun entah kenapa pada saat itu pita suaranya seperti raib seketika. Dengan tubuh gemetar, Dira menyeka keringat dan air mata yang sudah terbaur jadi satu di pipinya. Namun pada kenyataannya dua pria bajingan itu sangat kuat memegangi tangannya, seolah-olah akan melahap tubuh Dira secara habis-habisan sore itu juga. Mencumbui tubuh Dira dengan sangat ganas seperti monster. Semua bagian dirabanya tanpa terlewatkan satu lipatan pun. Sedang segala perlawanan coba dilakukan Dira, namun tetap nihil. Ia sadar tenaganya tak cukup kuat untuk melawan dua iblis yang selalu menggunakan kekuasaan dalam organisasi untuk memenuhi libido mereka yang tinggi.Â
Tiba-tiba Dira terbangun. Pagi sudah benar-benar lewat, bahkan jauh matahari sudah sungsang di atas ubun-ubun. Matanya dikejap-kejapkan, tampak betul dari wajahnya sedang berusaha keras mengusir rasa kantuk, terlebih ia baru saja bisa tertidur lima belas menit yang lalu dan malah kembali terbangun karena mimpi itu.