Terlepas dari kontribusi positif dari sektor pendidikan di Indonesia, krisis moral yang kita hadapi saat ini menciptakan ketimpangan besar. Keberhasilan akademik hanya menjadi kulit luar, pemanis di atas realitas pahit.Â
Ketika integritas menjadi barang langka, kita melihat gejala penyakit sosial yang lebih besar: korupsi, manipulasi data, dan pemalsuan informasi. Akankah kita terus membiarkan diri terjebak dalam lingkaran setan ini?
Jean-Jacques Rousseau, seorang filosof pendidikan terkenal, pernah mengatakan, "Tanamkan kebiasaan kebajikan daripada menghitung kebiasaan prestasi." Dalam refleksi ini, kita harus menyoroti bagaimana lembaga pendidikan, termasuk pesantren, dapat kembali menekankan pentingnya nilai-nilai moral dan kejujuran. Mereka seharusnya menjadi mercusuar etika dalam gelapnya samudra akademik saat ini.
Di era digital ini, di mana informasi begitu mudah dimanipulasi dan disebar, integritas harus diberi tempat paling tinggi di hati dan pikiran setiap pelajar dan pendidik. Sejarah Hari Santri semenjak resolusi jihad menunjukkan kekuatan dari komitmen dan keberanian untuk berdiri di atas prinsip kebenaran.Â
Itulah yang seharusnya menjadi visi kita untuk pendidikan masa depan: membentuk individu berkarakter tangguh yang siap menghadapi berbagai tantangan moral dunia.
Saat ini, lebih dari sebelumnya, kita memerlukan reformasi dalam sistem pendidikan yang menempatkan integritas di pusat dari semua mata pelajaran dan kurikulum. Tanpa itu, kita hanya akan menghasilkan generasi dengan pengetahuan luas namun tanpa moralitas, lebih berbahaya daripada tidak tahu sama sekali. Pembentukan karakter moral harus kembali menjadi ruh dari setiap pembelajaran.
Jangan biarkan pendidikan kehilangan maknanya yang sejati. Sebagaimana para santri di masa lalu yang rela mengorbankan nyawa demi bangsa dan negara, kita juga harus rela berkorban dan berdiri teguh demi memperbaiki moralitas dalam pendidikan.Â
Sesuai dengan kata-kata Aristoteles, "Pendidikan adalah dekorasi dalam kemakmuran dan tempat perlindungan dalam kesulitan," pendidikan moral adalah perlindungan kita dalam menghadapi berbagai krisis.
Dalam spirit Hari Santri, lembaga pendidikan harus kembali mengamalkan nilai-nilai keberanian, kebijaksanaan, dan keadilan. Ini bukan hanya tentang meriuhkan ceramah atau memadati kelas dengan pelajaran moral, tetapi tentang menciptakan ekosistem di mana nilai-nilai ini dipraktikkan secara nyata.Â
Lembaga pendidikan harus menjadi teladan yang patut diikuti, bukan hanya dalam inovasi dan prestasi tetapi dalam integritas dan moralitas.
Bangkitnya agenda moral dalam dunia akademik tidak hanya berhenti pada level pendidikan formal tetapi juga harus menyentuh seluruh aspek masyarakat. Pendidikan adalah tanggung jawab bersama, yang artinya setiap individu memiliki peran dalam menegakkan standar moral. Langkah kecil yang konsisten, dari setiap individu, bisa menciptakan gelombang besar perubahan.