Mohon tunggu...
Muhammad Eko Purwanto
Muhammad Eko Purwanto Mohon Tunggu... Dosen - ALUMNI S3 UNINUS Bandung

Kuberanikan diri mengubah arah pikiran dan laku. Menyadarinya tanpa belenggu, dan identitas diri. Memulai hidup, merajut hidup yang baru. Bersama Maha Mendidik, temukan diri dalam kesejatian. Saatnya berdamai dengan kesederhanaan. Mensahabati kebahagiaan yang membebaskan. Cinta, kebaikan, dan hidup yang bermakna, tanpa kemelekatan yang mengikat. Hidup berlimpah dalam syafaat ilmu. Mendidikku keluar dari kehampaan. Hidup dengan yang Maha Segalanya, Menjadi awal dan akhirnya dari kemulyaan.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Menggapai Takhalli, Tahalli, dan Tajalli dalam Proses Pembelajaran di Perguruan Tinggi (Refleksi Kritis Pendidikan Tinggi di Indonesia)

20 Oktober 2024   23:52 Diperbarui: 21 Oktober 2024   02:30 257
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber Gambar: Dok. Pribadi.

Setelah takhalli, datanglah tahap tahalli, yaitu menghias diri dengan sifat-sifat terpuji. Di perguruan tinggi, ini berarti mengembangkan sikap kritis, rasa ingin tahu yang tak kenal henti, serta integritas akademis. Mahasiswa diajak untuk menghiasi diri dengan sifat disiplin, kerja keras, dan kejujuran dalam setiap tugas dan penelitian. 

Perkataan Ibn Sina, "Mendapatkan ilmu adalah kewajiban setiap orang berakal, sebagaimana mencari makna dalam ilmu itu sendiri," mendorong kita untuk tidak hanya belajar, tetapi juga mencari makna yang lebih dalam di balik setiap pengetahuan yang diperoleh.

Pada tahap akhir, yakni tajalli, seorang mahasiswa mulai mengalami pencerahan, di mana ilmu pengetahuan yang diperoleh tidak hanya berfungsi sebagai instrumen akademik, tetapi juga menjadi cahaya yang menerangi kehidupan sehari-hari. 

Lingkungan kampus adalah tempat di mana pemahaman dan kebijaksanaan dapat memanifestasikan diri, memungkinkan mahasiswa untuk berbagi dan berkontribusi kepada masyarakat. Jalaluddin Rumi mengilustrasikan ini dengan berkata, "Biarkan keindahan yang kita cintai menjadi hal yang kita lakukan." Dalam konteks ini, ilmu menjadi sarana membangun dan memperbaiki dunia.

Mengenali dan menjalani proses ini dapat memberikan mahasiswa perspektif baru yang menghubungkan antara spiritualitas dan pendidikan. Di Indonesia, kita kadang melihat fenomena gelar Doktor Honoris Causa yang diberikan kepada individu berprestasi di luar jalur akademis konvensional. Ini adalah contoh tajalli, bahwa kedalaman pemahaman dan kontribusi nyata sering kali lebih dihargai daripada sekadar pencapaian akademis formal.

Namun, di sisi lain, terdapat pula fenomena di mana penyelesaian studi doktor dilakukan dalam rentang waktu yang sangat singkat, yang memicu polemik dalam dunia akademik. Hal ini menantang kita untuk melakukan refleksi secara kritis, apakah proses pembelajaran sudah melibatkan takhalli dan tahalli dengan mendalam. 

Cepatnya penyelesaian studi bisa mengindikasikan efisiensi, tetapi juga bisa berarti kurangnya pendalaman. Kutipan dari Ibn Arabi, "Ilmu yang sejati adalah yang bermanfaat bagi hati dan menghubungkan langsung kepada Sumbernya," mengingatkan kita untuk meninjau kembali esensi dari setiap pembelajaran.

Jika pendidikan hanya berorientasi pada gelar tanpa melalui proses spiritual yang otentik, maka kita akan kehilangan nilai dari perjalanan itu sendiri. Gelar Doktor Honoris Causa tentu dapat menjadi penghargaan yang pantas dan menggembirakan, tetapi semestinya itu juga merupakan refleksi dari proses tahalli dan tajalli yang telah dialami sepenuhnya.

Setiap mahasiswa harus merangkul nilai-nilai takhalli, tahalli, dan tajalli dalam mengejar pendidikan. Pengalaman pendidikan harus membebaskan pikiran dari belenggu dan batasan, menghiasi diri dengan kebijakan dan wawasan yang mendalam, serta memberi manifestasi yang bermanfaat bagi kehidupan.

Perguruan tinggi, dengan segala dinamikanya, adalah ekosistem di mana proses ini dapat berlangsung secara alami jika berlandaskan niat yang benar. Seperti yang dikatakan oleh Syaikh Abdul Qadir al-Jailani, "Carilah ilmu dengan adab dan kemuliaan, agar ilmu itu memberimu pahala yang melimpah." Ini menekankan pentingnya sikap yang disertai dengan proses pembelajaran itu sendiri.

Dengan menjadikan proses pendidikan sebagai sebuah perjalanan spiritual, mahasiswa tidak hanya mengejar nilai akademik, tetapi juga mencari pencerahan pribadi dan kontribusi sosial yang lebih besar. Pendidikan menjadi cara untuk mendekatkan diri kepada Sang Pencipta dengan mengoptimalkan potensi yang ada pada diri tiap individu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun