Oleh. Wira D. Purwalodra
Di era digital yang serba cepat ini, kita menghadapi tantangan besar untuk menyelaraskan frekuensi ilmu, pengetahuan, dan teknologi agar bergerak seiring dalam harmoni.Â
Dunia yang kita huni sekarang diwarnai oleh kemajuan yang tak terduga, di mana informasi menyebar lebih cepat daripada yang bisa kita bayangkan. Menguatkan resonansi dari berbagai aspek ini memerlukan pemahaman mendalam tentang hakikat dari ilmu itu sendiri dan bagaimana hal ini berharmonisasi dengan teknologi modern.Â
Seperti yang dikatakan oleh Heraklitus, "Satu-satunya konstanta di alam semesta adalah perubahan." Kita dituntut untuk tidak hanya memahami perubahan ini tetapi juga menemukan cara untuk menyelaraskannya dengan nilai-nilai fundamental dari pengetahuan dan kesadaran.
Ralph Waldo Emerson, seorang filosofi Amerika, berkata bahwa "Ilmu dan pengetahuan tidak bisa dipisahkan dari kebijaksanaan." Ketika ilmu dan teknologi bergerak maju, kebijaksanaan dan pemahaman spiritual seharusnya menjadi fondasi yang menuntun langkah kita. Menguatkan resonansi tersebut berarti memadukan inovasi dengan kesadaran etis dan spiritual yang dalam, seperti yang diajarkan oleh para filosof Muslim seperti Al-Farabi dan Al-Ghazali. Keduanya menekankan keseimbangan antara ilmu pengetahuan dan spiritual, mereka menyatakan bahwa kedua elemen tersebut adalah bagian dari pencarian kebenaran yang lebih tinggi.
Dalam pembahasan ini, fisika quantum menjadi relevan, menjelaskan bagaimana partikel-partikel saling berinteraksi dalam skala mikro, menawarkan sudut pandang baru tentang bagaimana realitas kita sebenarnya beroperasi. Law of Attraction menggarisbawahi prinsip bahwa pikiran dan niat kita menciptakan frekuensi yang memengaruhi lingkungan sekitar kita. Dalam kombinasi tersebut, manusia dapat mencipatakan resonansi positif dengan teknologi, memungkinkan terciptanya inovasi yang memperhatikan kesejahteraan umat manusia.
Era digital membawa kita ke batas baru dari interkonektivitas, sebuah dunia di mana data melintasi batas-batas fisik dan budaya. Frase bijak yang diucapkan oleh Ibnu Sina, "Dunia ini adalah laboratorium besar, dan kita adalah ilmuwannya," mengingatkan kita pada tanggung jawab kita untuk menggunakan teknologi dengan kearifan pada frekuensi yang benar. Menguatkan resonansi berarti mencari frekuensi bersama yang memperkaya, bukan mereduksi nilai-nilai kemanusiaan kita ?!
Teknologi tanpa kesadaran spiritual hanyalah instrumen; ia menjadi bermakna hanya ketika dijadikan sarana untuk mencapai kemajuan yang seimbang. Ketika Socrates berkata, "Hidup yang tidak dipertanyakan tidak layak untuk dijalani," ia memanggil kita untuk mengajukan pertanyaan yang mendalam mengenai dominasi teknologi dalam hidup kita. Apakah kita hanya memajukan teknologi, atau kita berusaha untuk memperkaya seluruh keberadaan manusia kita?
Di sinilah, pemahaman tentang vibrasi menjadi kunci utama. Setiap niat, pikiran, dan tindakan memancarkan gelombang tertentu ke alam semesta. Sebagaimana Nikola Tesla mengatakan, "Jika Anda ingin menemukan rahasia alam semesta, pikirkan dalam istilah energi, frekuensi, dan getaran." Dengan memahami dan memanipulasi frekuensi ini, kita dapat menyelaraskan hasil dari kemajuan teknologi dengan prinsip moral dan etika yang lebih tinggi.
Kehadiran spiritualitas memberikan landasan awal bagi fondasi ilmu pengetahuan yang manusiawi. Al-Ghazali menyarankan kita untuk tidak pernah melupakan dimensi spiritual ketika terlibat dengan dunia ilmu pengetahuan yang empiris. Dalam hal ini, resonansi tidak hanya menjadi metapat ternomor satu dalam berinteraksi dengan teknologi namun juga menjadi faktor penentu keberlanjutan ekosistem teknologi dalam jangka panjang.
Kemajuan dalam teknologi informasi telah memberikan kita akses yang luas terhadap ilmu pengetahuan yang dahulu sulit dijangkau. Dengan kata lain, substansi dari getaran hukum tarik-menarik (Law of Attraction) bisa kita manfaatkan untuk menciptakan realitas di mana teknologi berfungsi sebagai pelengkap, bukan pesaing bagi kebijakan manusia.
Sebagaimana Aristoteles mengingatkan kita bahwa, "jangan takut pada mereka yang berbeda pendapat, takutlah pada mereka yang acuh tak acuh," kita harus waspada terhadap sikap skeptis pada ilmu pengetahuan baru. Teknologi baru, menurut Aristoteles, bukanlah ancaman jika didekati dengan niat dan kesadaran terbuka serta pengetahuan akan frekuensinya.
Dalam lingkungan yang saling terhubung ini, perspektif Islam klasik tentang penciptaan keseimbangan menjadi lebih relevan. Konsep tawazun mengajarkan bahwa keseimbangan kehidupan manusia tidak hanya dicapai melalui elemen-elemen duniawi, tetapi juga rohani, membuat resonansi antara berbagai elemen ini menjadi lebih essensial.
Melekatkan ilmu dan teknologi dengan nilai spiritual memberikan efikasi lebih dalam proses belajar. Proses pembelajaran harus seimbang, seperti yang disebutkan oleh filosof Sufi Rumi, bahwa jalan menuju cahaya haruslah dipenuhi dengan cinta dan kebijaksanaan serta tidak hanya berdasarkan data dan angka yang kaku.
Dan akhirnya, untuk merangkul teknologi tanpa kehilangan sentuhan kemanusiaan, kita mesti menyesuaikan frekuensi kita. Seperti yang dijelaskan oleh Jalaluddin Rumi, "Kemarin aku pintar, jadi aku ingin mengubah dunia. Hari ini aku bijaksana, jadi aku mengubah diriku." Begitu pula dalam menyikapi teknologi, di mana introspeksi dan pemahaman akan membantu kita dalam mengendalikan kecenderungan destruktif dari kemajuan itu sendiri.
Pada akhirnya, kita diingatkan bahwa kesadaran spiritual dan pemahaman tentang ilmu pengetahuan merupakan dua sisi dari satu mata uang yang sama. Dalam dunia yang semakin dipenuhi oleh teknologi, menemukan keseimbangan adalah kunci utama untuk mencapai harmoni. Memperkuat resonansi ini adalah tanggung jawab kita semua, menghubungkan pengetahuan dengan kesadaran dalam frekuensi yang sama agar teknologi membawa kebaikan dan kemajuan bagi seluruh umat manusia. Wallahu A'lamu Bishshawaab.
Bekasi, 26 Agustus 2024.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H