Mohon tunggu...
Wira D. Purwalodra (Third)
Wira D. Purwalodra (Third) Mohon Tunggu... Guru - Terus menjadi pembelajar dan menjadikan rasa syukur sebagai gaya hidup.

Mimpi besarnya saya saat ini adalah menyelesaikan Studi-studi saya, kembali ke kampung halaman, memelihara ikan, bebek, berkebun, terus belajar, terus mengajar, sambil menulis buku.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Menguatkan Resonansi Ilmu, Pengetahuan, dan Teknologi dalam Satu Frekwensi?!

26 Agustus 2024   19:54 Diperbarui: 26 Agustus 2024   21:12 31
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Oleh. Wira D. Purwalodra

Di era digital yang serba cepat ini, kita menghadapi tantangan besar untuk menyelaraskan frekuensi ilmu, pengetahuan, dan teknologi agar bergerak seiring dalam harmoni. 

Dunia yang kita huni sekarang diwarnai oleh kemajuan yang tak terduga, di mana informasi menyebar lebih cepat daripada yang bisa kita bayangkan. Menguatkan resonansi dari berbagai aspek ini memerlukan pemahaman mendalam tentang hakikat dari ilmu itu sendiri dan bagaimana hal ini berharmonisasi dengan teknologi modern. 

Seperti yang dikatakan oleh Heraklitus, "Satu-satunya konstanta di alam semesta adalah perubahan." Kita dituntut untuk tidak hanya memahami perubahan ini tetapi juga menemukan cara untuk menyelaraskannya dengan nilai-nilai fundamental dari pengetahuan dan kesadaran.

Ralph Waldo Emerson, seorang filosofi Amerika, berkata bahwa "Ilmu dan pengetahuan tidak bisa dipisahkan dari kebijaksanaan." Ketika ilmu dan teknologi bergerak maju, kebijaksanaan dan pemahaman spiritual seharusnya menjadi fondasi yang menuntun langkah kita. Menguatkan resonansi tersebut berarti memadukan inovasi dengan kesadaran etis dan spiritual yang dalam, seperti yang diajarkan oleh para filosof Muslim seperti Al-Farabi dan Al-Ghazali. Keduanya menekankan keseimbangan antara ilmu pengetahuan dan spiritual, mereka menyatakan bahwa kedua elemen tersebut adalah bagian dari pencarian kebenaran yang lebih tinggi.

Dalam pembahasan ini, fisika quantum menjadi relevan, menjelaskan bagaimana partikel-partikel saling berinteraksi dalam skala mikro, menawarkan sudut pandang baru tentang bagaimana realitas kita sebenarnya beroperasi. Law of Attraction menggarisbawahi prinsip bahwa pikiran dan niat kita menciptakan frekuensi yang memengaruhi lingkungan sekitar kita. Dalam kombinasi tersebut, manusia dapat mencipatakan resonansi positif dengan teknologi, memungkinkan terciptanya inovasi yang memperhatikan kesejahteraan umat manusia.

Gambar: Dok. Pribadi.
Gambar: Dok. Pribadi.

Era digital membawa kita ke batas baru dari interkonektivitas, sebuah dunia di mana data melintasi batas-batas fisik dan budaya. Frase bijak yang diucapkan oleh Ibnu Sina, "Dunia ini adalah laboratorium besar, dan kita adalah ilmuwannya," mengingatkan kita pada tanggung jawab kita untuk menggunakan teknologi dengan kearifan pada frekuensi yang benar. Menguatkan resonansi berarti mencari frekuensi bersama yang memperkaya, bukan mereduksi nilai-nilai kemanusiaan kita ?!

Teknologi tanpa kesadaran spiritual hanyalah instrumen; ia menjadi bermakna hanya ketika dijadikan sarana untuk mencapai kemajuan yang seimbang. Ketika Socrates berkata, "Hidup yang tidak dipertanyakan tidak layak untuk dijalani," ia memanggil kita untuk mengajukan pertanyaan yang mendalam mengenai dominasi teknologi dalam hidup kita. Apakah kita hanya memajukan teknologi, atau kita berusaha untuk memperkaya seluruh keberadaan manusia kita?

Di sinilah, pemahaman tentang vibrasi menjadi kunci utama. Setiap niat, pikiran, dan tindakan memancarkan gelombang tertentu ke alam semesta. Sebagaimana Nikola Tesla mengatakan, "Jika Anda ingin menemukan rahasia alam semesta, pikirkan dalam istilah energi, frekuensi, dan getaran." Dengan memahami dan memanipulasi frekuensi ini, kita dapat menyelaraskan hasil dari kemajuan teknologi dengan prinsip moral dan etika yang lebih tinggi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun