Mohon tunggu...
Wira D. Purwalodra (Third)
Wira D. Purwalodra (Third) Mohon Tunggu... Guru - Terus menjadi pembelajar dan menjadikan rasa syukur sebagai gaya hidup.

Mimpi besarnya saya saat ini adalah menyelesaikan Studi-studi saya, kembali ke kampung halaman, memelihara ikan, bebek, berkebun, terus belajar, terus mengajar, sambil menulis buku.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Menguatkan Resonansi Ilmu, Pengetahuan, dan Teknologi dalam Satu Frekwensi?!

26 Agustus 2024   19:54 Diperbarui: 26 Agustus 2024   21:12 31
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kehadiran spiritualitas memberikan landasan awal bagi fondasi ilmu pengetahuan yang manusiawi. Al-Ghazali menyarankan kita untuk tidak pernah melupakan dimensi spiritual ketika terlibat dengan dunia ilmu pengetahuan yang empiris. Dalam hal ini, resonansi tidak hanya menjadi metapat ternomor satu dalam berinteraksi dengan teknologi namun juga menjadi faktor penentu keberlanjutan ekosistem teknologi dalam jangka panjang.

Gambar: Dok. Pribadi.
Gambar: Dok. Pribadi.

Kemajuan dalam teknologi informasi telah memberikan kita akses yang luas terhadap ilmu pengetahuan yang dahulu sulit dijangkau. Dengan kata lain, substansi dari getaran hukum tarik-menarik (Law of Attraction) bisa kita manfaatkan untuk menciptakan realitas di mana teknologi berfungsi sebagai pelengkap, bukan pesaing bagi kebijakan manusia.

Sebagaimana Aristoteles mengingatkan kita bahwa, "jangan takut pada mereka yang berbeda pendapat, takutlah pada mereka yang acuh tak acuh," kita harus waspada terhadap sikap skeptis pada ilmu pengetahuan baru. Teknologi baru, menurut Aristoteles, bukanlah ancaman jika didekati dengan niat dan kesadaran terbuka serta pengetahuan akan frekuensinya.

Dalam lingkungan yang saling terhubung ini, perspektif Islam klasik tentang penciptaan keseimbangan menjadi lebih relevan. Konsep tawazun mengajarkan bahwa keseimbangan kehidupan manusia tidak hanya dicapai melalui elemen-elemen duniawi, tetapi juga rohani, membuat resonansi antara berbagai elemen ini menjadi lebih essensial.

Melekatkan ilmu dan teknologi dengan nilai spiritual memberikan efikasi lebih dalam proses belajar. Proses pembelajaran harus seimbang, seperti yang disebutkan oleh filosof Sufi Rumi, bahwa jalan menuju cahaya haruslah dipenuhi dengan cinta dan kebijaksanaan serta tidak hanya berdasarkan data dan angka yang kaku.

Dan akhirnya, untuk merangkul teknologi tanpa kehilangan sentuhan kemanusiaan, kita mesti menyesuaikan frekuensi kita. Seperti yang dijelaskan oleh Jalaluddin Rumi, "Kemarin aku pintar, jadi aku ingin mengubah dunia. Hari ini aku bijaksana, jadi aku mengubah diriku." Begitu pula dalam menyikapi teknologi, di mana introspeksi dan pemahaman akan membantu kita dalam mengendalikan kecenderungan destruktif dari kemajuan itu sendiri.

Pada akhirnya, kita diingatkan bahwa kesadaran spiritual dan pemahaman tentang ilmu pengetahuan merupakan dua sisi dari satu mata uang yang sama. Dalam dunia yang semakin dipenuhi oleh teknologi, menemukan keseimbangan adalah kunci utama untuk mencapai harmoni. Memperkuat resonansi ini adalah tanggung jawab kita semua, menghubungkan pengetahuan dengan kesadaran dalam frekuensi yang sama agar teknologi membawa kebaikan dan kemajuan bagi seluruh umat manusia. Wallahu A'lamu Bishshawaab.

Bekasi, 26 Agustus 2024.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun