Ia  marah karena tidak di beri air minum oleh pemilik rumah dan berucap "medit, banyu titik wae ngo ngombe, mbesok-mbesok wong kene bakal kesusahan banyu" ujarnya sambil terus berjalan meninggalkan rumah itu.
Ucapan orang itu di ijabah dan sampai sekarang Dusun Tonggowa tidak ada sumur dan sumber air yang muncul di kedalaman 50 meter.
Pada pagi hari Pak Kemat bertemu dengan Mbah Arjo dan Sarti yang sedang menanam jagung di kebunnya.
"Mau kemana pagi-pagi begini?" Sapa Mbah Arjo.
"Mau ke kebun yang berada di selatan." Balas Pak Kemat.
"Kemana istrimu kok ga ikut?" Tanya Sarti.
"Masi masak, nanti dia nyusul sambil bawa makanan." Balas Pak Kemat dengan senyuman.
Setelah itu Pak Kemat melanjutkan perjalanan ke kebunnya yang berada di Selatan agar pekerjaanya cepat terselesaikan.
Pak Kemat meneyebut nama kebunya dengan bahasa Madura  tegel laok dalam bahasa Jawa biasanya di sebut tegal kidul, kebanyakan warga memiliki ladang di Selatan sehingga daerah tersebut sekarang di namakan Dusun Tegal Kidul. Masyarakat yang mendengar tentang desa ini mulai berdatangan untuk belajar ilmu agama atau memang memiliki niatan mempunyai lahan di sekitar sini sampai akhirnya terbentuklah sebuah Desa Jatiarjo.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI