"Baiklah." Kata Pak kemat sambil berjalan ke luar Mushola.
      Setelah itu Bujuk Rohmatulloh mematikan lampu yang berada di dalam mushollah dan berjalan pulang menuju rumahnya.
Dari pembicaraan Bujuk Rohmatulloh dan Pak Kemat semalam mereka mulai mempersiapkan kebutuhan untuk perjalanan mereka menuju Pasuruan tempat yang mereka tuju di lereng Gunung Arjuno. Setelah menempu jarak yang jauh dan melelahkan mereka sampai di tempat yang sekarang menjadi Dusun Tonggowa. Setelah sampai Bujuk Rohmatulloh dan Pak Kemat mulai membangun tempat tinggal dari pohon jati yang berada di sekitar situ, mereka membuat dua rumah sederhana untuk keluarga Bujuk Rohmatulloh dan Pak kemat.
Bujuk Rohmatulloh dan Pak Kemat mulai berkeliling ke desa sebelah untuk mulai menyebarkan agama islam dan mengajar ngaji, di samping mengajar ngaji Pak Kemat juga mulai babat alas untuk lahan Pertanian.
Empat bulan berlalu mereka mengajar ngaji di desa sebelah Pak Kemat berniatan untuk menikahi seorang perempuan yang selalu ikut mengaji  di tempat beliau mengajar. Satu bulan berlalu kini Pak Kemat sudah menikah dengan perempuan dari desa sebelah itu.
Bujuk Rohmatulloh dan Pak Kemat menjalani hari-hari seperti biasanya, tak lupa mereka juga sudah bertemu dengan Mbah Arjo dan Sarti. Mulai membuka lahan pemukiman bersama-sama. Mereka mengunakan cara membakar lahan karena minimnya alat yang mereka punya, saat membakar sebagian lahan, dikejutkan dengan tempat yang tidak terbakar sama sekali rumput di tempat itu masi hijau padahal di sekitarnya sudah habis terbakar api. Setelah di priksa ternyata terdapat sebuah makam dengan nisan sederhana dari batu, mereka meyakini bahwa makam itu bukan milik orang biasa, pasti seseorang yang sakti dan memiliki kelebihan, tidak ada satupun  yang mengetahui siapa pemilik dari makan tersebut.
Di sekitar tempat tinggalnya Bujuk Rohmatulloh, banyak di temukan gentong krowak tempat penampungan air yang terbuat dari tanah, akhirnya wilayah tersebut di namakan Dusun Tonggowa yang berasal dari kata gentong krowak dalam Bahasa Madura, lahan yang sudah mereka bersihkan cukup luas Pak Kemat juga sudah mulai bertani dengan istrinya.
Beberapa tahun kemudian anak Bujuk Rohmatulloh sudah dewasa beliau bernama Samsudin, saat dewasa Samsudin ini mempelajari Ilmu-ilmu spiritual, sampai akhirnya beliau memiliki kemampuan yang tidak semua orang punya seperti  bertapa di atas pohon kelapa dan sholat di atas daun pisang, baliau juga pernah saat habis pulang dari Madura dan kembali ke desa Jatiarjo ini, beliau di bawakan kratok (sejenis buncis beracun) satu kaleng, ketika sampai di rumah berubah menjadi uang semuanya.
Dengan seiring berjalanya waktu mulai banyak orang mendengar tentang tempat ini , mereka  mulai pindah dan tinggal di Desa Jatiarjo. Pada Satu hari datanglah seseorang ke daerah Tonggowa beliau ber istirahaat di depan salah satu rumah warga dan ingin meminta minum karena ia sangat kehausan.
"Permisi, apa kau punya air? aku sangat haus." Ucap ia pada pemilik rumah itu.
"Tidak ada." Jawab pemilik rumah dengan acuh dan berjalan masuk ke dalam rumahnya.